Popular Post

My Playlist

Lihat postingan

Total Pageviews

Recent post

Archive for March 2012

validasi-analisis     Validasi metode analisis bertujuan untuk memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai untuk peruntukannya. Validasi biasanya diperuntukkan untuk metode analisa yang baru dibuat dan  dikembangkan. Sedangkan untuk metode yang memang telah tersedia dan baku (misal dari AOAC, ASTM, dan lainnya), namun metode tersebut baru pertama kali akan digunakan di laboratorium tertentu, biasanya tidak perlu dilakukan validasi, namun hanya verifikasi. Tahapan verifikasi mirip dengan validasi hanya saja parameter yang dilakukan tidak selengkap validasi.
Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut:
1. Accuracy (Kecermatan)
Accuracy adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Accuracy dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Accuracy dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) atau metode penambahan baku (standard addition method).
Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni ditambahkan ke dalam plasebo (semua campuran reagent yang digunakan minus analit), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar standar yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya). Recovery dapat ditentukan dengan cara membuat sampel plasebo (eksepien obat, cairan biologis) kemudian ditambah analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya 80% sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan), kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Tetapi bila tidak memungkinkan membuat sampel plasebo karena matriksnya tidak diketahui seperti obat-obatan paten, atau karena analitnya berupa suatu senyawa endogen misalnya metabolit sekunder pada kultur kalus, maka dapat dipakai metode adisi.
Dalam metode adisi (penambahan baku), sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa (pure analit/standar) ditambahkan ke dalam sampel, dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (hasil yang diharapkan).
Pada metode penambahan baku, pengukuran blanko tidak diperlukan lagi. Metode ini tidak dapat digunakan jika penambahan analit dapat mengganggu pengukuran, misalnya analit yang ditambahkan menyebabkan kekurangan pereaksi, mengubah pH atau kapasitas dapar, dll.
Dalam kedua metode tersebut, recovery dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya. Biasanya persyaratan untuk recovery adalah tidak boleh lebih dari 5%.
2. Precision (keseksamaan)
Precision adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen.
Presicion diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi). Precision dapat dinyatakan sebagai repeatability (keterulangan) atau reproducibility (ketertiruan).
Repeatability adalah keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh
analis yang sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek. Repeatability dinilai melalui pelaksanaan penetapan terpisah lengkap terhadap sampel-sampel identik yang terpisah dari batch yang sama, jadi memberikan ukuran keseksamaan pada kondisi yang normal.
Reproducibility adalah keseksamaan metode jika dikerjakan pada kondisi yang berbeda. Biasanya analisis dilakukan dalam laboratorium-laboratorium yang berbeda menggunakan peralatan, pereaksi, pelarut, dan analis yang berbeda pula. Analisis dilakukan terhadap sampel-sampel yang diduga identik yang dicuplik dari batch yang sama. Reproducibility dapat juga dilakukan dalam laboratorium yang sama dengan menggunakan peralatan, pereaksi, dan analis yang berbeda.
Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien variasi (CV) 2% atau kurang. Akan tetapi kriteria ini sangat fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi laboratorium. Dari penelitian dijumpai bahwa koefisien variasi meningkat dengan menurunnya kadar analit yang dianalisis.
Ditemukan bahwa koefisien variasi meningkat seiring dengan menurunnya konsentrasi analit. Pada kadar 1% atau lebih, standar deviasi relatif antara laboratorium adalah sekitar 2,5% ada pada satu per seribu adalah 5%. Pada kadar satu per sejuta (ppm) RSDnya adalah 16%, dan pada kadar part per bilion (ppb) adalah 32%. Pada metode yang sangat kritis, secara umum diterima bahwa RSD harus lebih dari 2%.
Percobaan keseksamaan dilakukan terhadap paling sedikit enam replika sampel yang diambil dari campuran sampel dengan matriks yang homogen. Sebaiknya keseksamaan
ditentukan terhadap sampel sebenarnya yaitu berupa campuran dengan bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) untuk melihat pengaruh matriks pembawa terhadap keseksamaan ini. Demikian juga harus disiapkan sampel untuk menganalisis pengaruh pengotor dan hasil degradasi terhadap keseksamaan ini.
3. Selektivitas (Spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan.
Selektivitas metode ditentukan dengan membandingkan hasil analisis sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya atau pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa penambahan bahan-bahan tadi.
Penyimpangan hasil jika ada merupakan selisih dari hasil uji keduanya. Jika cemaran dan hasil urai tidak dapat diidentifikasi atau tidak dapat diperoleh, maka selektivitas dapat ditunjukkan dengan cara menganalisis sampel yang mengandung cemaran atau hasil uji urai dengan metode yang hendak diuji lalu dibandingkan dengan metode lain untuk pengujian kemurnian seperti kromatografi, analisis kelarutan fase, dan Differential Scanning Calorimetry. Derajat kesesuaian kedua hasil analisis tersebut merupakan ukuran selektivitas. Pada metode analisis yang melibatkan kromatografi, selektivitas ditentukan melalui perhitungan daya resolusinya (Rs).
4. Linearitas dan Rentang
Linearitas adalah kemampuan metode analisis memberikan respon proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima.
Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasi analit. Perlakuan matematik dalam pengujian linearitas adalah melalui persamaan garis lurus dengan metode kuadrat terkecil antara hasil analisis terhadap konsentrasi analit.
Dalam beberapa kasus, untuk memperoleh hubungan proporsional antara hasil pengukuran dengan konsentrasi analit, data yang diperoleh diolah melalui transformasi matematik dulu sebelum dibuat analisis regresinya.
Dalam praktek, digunakan satu seri larutan yang berbeda konsentrasinya antara 50 – 150% kadar analit dalam sampel. Di dalam pustaka, sering ditemukan rentang konsentrasi yang digunakan antara 0 – 200%. Jumlah sampel yang dianalisis sekurang-kurangnya delapan buah sampel blanko.
Sebagai parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier Y = a + bX. Hubungan linier yang r = +1 atau –1 bergantung pada arah garis. Sedangkan nilai a menunjukkan kepekaan analisis terutama instrumen yang digunakan. Parameter lain yang harus dihitung adalah simpangan baku residual (Sy). Dengan menggunakan kalkulator atau perangkat lunak komputer, semua perhitungan matematik tersebut dapat diukur
5. Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quatification)
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.
Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-beda tergantung pada metode analisis itu menggunakan instrumen atau tidak. Pada analisis yang tidak menggunakan instrumen batas tersebut ditentukan dengan mendeteksi analit dalam sampel pada pengenceran bertingkat. Pada analisis instrumen batas deteksi dapat dihitung dengan mengukur respon blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku respon blangko dan formula di bawah ini dapat digunakan untuk perhitungan
Q = (k x Sb)/Sl
Q = LOD (batas deteksi) atau LOQ (batas kuantitasi)
k = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas kuantitasi
Sb = simpangan baku respon analitik dari blangko
Sl = arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antara respon terhadap konsentrasi = slope (b pada persamaan garis y = a+bx)
Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada persamaan garis linier y = a + bx, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan simpangan baku residual (Sy/x.)
a. Batas deteksi (LoD)
Karena k = 3, Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka:
LoD = (3 Sy/x)/ Sl
b. Batas kuantitasi (LoQ)
Karena k = 10, Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka:
LoQ = (10 Sy/x)/Sl
Cara lain untuk menentukan batas deteksi dan kuantitasi adalah melalui penentuan rasio S/N (signal to noise ratio). Nilai simpangan baku blanko ditentukan dengan cara menghitung tinggi derau pada pengukuran blanko sebanyak 20 kali pada titik analit memberikan respon. Simpangan baku blanko juga dihitung dari tinggi derau puncak ke puncak, jika diambil dari tinggi puncak derau atas dan bawah (Np-p) maka s0 = Np-p/5 sedangkan kalau dari puncak derau bawah saja (puncak negatif) maka s0 = Np/2, selanjutnya perhitungan seperti tersebut di atas.
6. Ketangguhan metode (ruggedness)
Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dll. Ketangguhan biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan ukuran ketertiruan pada kondisi operasi normal antara lab dan antar analis.
Ketangguhan metode ditentukan dengan menganalisis beningan suatu lot sampel yang homogen dalam lab yang berbeda oleh analis yang berbeda menggunakan kondisi operasi yang berbeda, dan lingkungan yang berbeda tetapi menggunakan prosedur dan parameter uji yang sama.
Derajat ketertiruan hasil uji kemudian ditentukan sebagai fungsi dari variabel penentuan. Ketertiruan dapat dibandingkan terhadap keseksamaan penentuan di bawah kondisi normal untuk mendapatkan ukuran ketangguhan metode. Perhitungannya dilakukan secara statistik menggunakan ANOVA pada kajian kolaboratif yang disusun oleh Youden dan Stainer.
7. Kekuatan (Robustness)
Untuk memvalidasi kekuatan suatu metode perlu dibuat perubahan metodologi yang kecil dan terus menerus dan mengevaluasi respon analitik dan efek presisi dan akurasi. Sebagai contoh, perubahan yang dibutuhkan untuk menunjukkan kekuatan prosedur HPLC dapat mencakup (tapi tidak dibatasi) perubahan komposisi organik fase gerak (1%), pH fase gerak (± 0,2 unit), dan perubahan temperatur kolom (± 2 – 3° C).
Perubahan lainnya dapat dilakukan bila sesuai dengan laboratorium. Identifikasi sekurang-kurangnya 3 faktor analisis yang dapat mempengaruhi hasil bila diganti atau diubah. Faktor risinal ini dapat diidentifikasi sebagai A, B, dan C. Perubahan nilai faktor-faktor ini dapat diidentifikasi dengan a, b, dan c. Lakukan analisis pada kondisi yang telah disebutkan pada pemeriksaan ketangguhan.
Nilai Penetapan faktor eksperimental
#1 #2 #3 #4
A atau a A A a a
B atau b B b B b
C atau c C c c C
Untuk menentukan efek perubahan A, banding rata-rata hasil (#1 + #2)/2 dengan (#3 + 4)/2, Untuk efek perubahan B, bandingkan (#1 + #3)/2 dengan (#2 +#4)/2 dan seterusnya.

Penyimpanan bahan Kimia



PENGENALAN ALAT INDUSTRI KIMIA

INDUSTRI KIMIA
Industri dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menghasilkan produk dari proses pengolahan bahan dengan menggunakan suatu teknologi, sehingga dapat menghasilkan suatu produk yang bernilai ekonomis dan dapat di manfaatkan lebih lanjut
Proses pengolahan bahan untuk memperoleh produk dapat berlangsung secara fisik dan kimia
Untuk menunjang kegiatan industri dibutuhkan suatu bagian produksi yang bertugas menjalankan proses suatu pabrik

  • Unit produksi
  • Unit Proses
Proses fisis
  1.  Pemanasan
  2.  kompresi (tekanan dinaikan)
  3.  Pendinginan
  4.  Ekspansi
  5. Penguapan
  6. Pemurnian
  7. Pencampuran
  8. Proses Kimia

Pada proses kimia terjadinya suatu perubahan struktur dan di suatu alat yang dinamakan dengan reaktor


Unit utilitas


Utilitas merupakan sarana penunjang proses industri dalam pabrik yaitu untuk membantu kelancaran dan kelangsungan operasi pabrik, sehingga diperlukan unit-unit yang meyediakan dan melayani kebutuhan pabrik.
 

Secara umum unit utilitas terdiri dari :
Unit Pengadaan Steam, yaitu sebagai pemanas yang digunakan pada heater dan reboiler.
Unit Pengadaan Air, yaitu air yang digunakan sebagai air proses, pendingin, umpan boiler, dan untuk keperluan domestik.
Unit Pengadaan Listrik, yaitu tenaga listrik yang digunakan sebagai tenaga penggerak dari berbagai peralatan proses dan juga untuk penerangan.


Alat-alat Industri Kimia

ALAT PENYIMPAN
Dalam industri kimia alat penyimpan merupakan salah satu bagian terpenting, karena akan mempengaruhi keadaan dari zat yang akan digunakan untuk reaksi atau produk yang dihasilkan dalam suatu proses
Fungsi alat penyimpan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menampung zat baik berupa gas, cair atau padat.
Bahan yang digunakan alat penyimpan harus disesuaikan dengan keadaan zat, misalnya alat untuk menyimpan gas maka harus diperhatikan berapa tekanan dari gas tersebut sehingga tidak menimbulkan kebocoran ataupun kerusakan yang disebabkan oleh tekanan dalam alat penyimpan.
Begitu pula dengan cairan, apakah cairan tersebut mudah menguap atau bersifat korosif yang akan menimbulkan karat pada alat penyimpan
 

Alat Penyimpanan Zat Padat
  • Storage Piles
merupakan cara penyimpanan yang murah dan sederhana, dimana bahan yang kan disimpan dibuat dalam tumpukan-tumpukan (piles) ditempat terbuka
Tumpukan-tumpukan tersebut dibuat langsung dari bahan–bahan yang keluar dari belt conveyor. Bahan-bahan yang dapat disimpan dengan cara seperti ini adalah bahan-bahan padat yang tak berpengaruh terhadap keadaan cuaca. Contoh dari bahan tersebut adalah batubara, kerikil, parir
Material di tumpuk dengan menggunakan
Reversible Shuttle Conveyer
Material di tumpuk dengan menggunakan multiple Conveyor

  • Bin, Silo dan Hopper
Untuk zat padat yang berbahaya, terlalu mahal atau berharga dan mudah larut dalam air atau rusak bila ditumpukkan di udara terbuka, maka dilakukan penyimpanan di dalam tempat tertutup seperti Bin, Silo atau Hopper
Alat ini berupa bejana berbentuk silinder atau segi empat terbuat dari beton atau baja
Silo biasanya tinggi, berdiameter relatif kecil.
Bin tidak terlalu tinggi dan biasanya agak besar
Hopper adalah bin kecil dengan dasar agak miring dan digunakan untuk menumpuk sementara sebelum zat diumpan ke dalam proses
Silo
Bin
Hopper


Alat Penyimpan Zat Cair


Tangki adalah alat untuk menyimpan fluida, umumnya zat cair.
Tangki yang sangat besar (kapasitasnya) disebut dengan Reservoir, karena besarnya kapasitas maka biasanya tidak tertutup.
Atas dasar inilah reservoir digunakan untuk menyimpan cadangan air
Tangki penyimpan dapat dibedakan sesuai dengan fase zat, tekanan fluida, volatil atau non volatil, dan suhu


Alat Penyimpan Gas


Tangki bola digunakan untuk menyimpan gas.
Sifat gas adalah menyebar ke segala arah sehingga tekanan didalam tempat itu adalah sama, maka bila dalam tempat itu terdapat celah atau lekukan yang membuat tekanan dalam tempat itu tidak sama akan menyebabkan terjadinya kebocoran gas
REAKTOR KIMIA
Reaktor adalah bagian terpenting dalam proses kimia dimana hanya ditempat ini aliran material dikonversikan menjadi produk.
Rancangan reaktor kimia merupakan tahap terpenting dari seluruh rancangan dalam proses
Setiap zat (material) mempunyai karakteristik yang berbeda
Untuk mereaksikan suatu zat (material) yang perlu diperhatikan adalah fase dari zat itu (padat, cair atau gas), kondisi operasi dari zat itu pada suhu dan tekanan berapa zat itu akan bereaksi, apakan dalam reaksi itu bersifat eksoterm atau endoterm, kecepatan reaksinya, dll.
Kondisi-kondisi inilah yang diperlukan untuk memilih tipe reaktor yang tepat sehingga proses dan produk yang dihasilkan bernilai ekonomis.

Jenis-Jenis Reaktor

  • REAKTOR TANGKI
  • REAKTOR PIPA
  • BERDASARKAN PROSES
  • Reaktor Katalitis
  • FIXED-BED REACTOR
  • FLUIDIZED-BED REACTOR
  • ALAT PEMISAH
Proses pemisahan adalah proses untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan spesifikasi pasar sesudah disintesa di reaktor.
Prinsip dasar dari pemisahan adalah mengarahkan proses pemisahan sehingga terjadi beda fase, dan sesudah itu dipisahkan secara fisik
Metode pemisahan berdasarkan :

  • Proses Pemisahan beda fase
  • Proses pemisahan beda kelarutan
  • Beda Ukuran partikel
  • Beda Densitas
  • Beda titik didih

Alat Pemisah

  • FILTER
  • EVAPORATOR
  • SCREENER
  • DECANTER
  • DISTILASI
  • FLASH DRUM
  • MEMBRAN
  •  
ALAT TRANSPORTASI FLUIDA
Fluida adalah suatu zat yang tak dapat menahan distorsi terus menerus sehingga bentuknya selalu berubah-ubah sesuai dengan wadahnya
Fluida yang sebenarnya adalah cairan dan gas, tetapi sekarang padatan pun dapat digolongkan sebagai fluida bila padatan itu berupa butiran-butiran kecil (serbuk)
Pada umumnya transportasi fluida lebih mudah bila dibandingkan dengan zat padat
Untuk memilih alat-alat yang akan dipergunakan untuk pengaliran fluida perlu diperhatikan sifat fisis dan kimia dari fluida tersebut, serta kondisi pengerjaannya

Sifat-sifat fisis dan kondisi yang dimaksud adalah :
Apakah fluida itu bersifat korosif atau tidak
Bagaimana kekentalan dari fluida tersebut
Apakah fluida itu mengandung bagian-bagian bagian kecil zat padat atau tidak
Berapa tekanan kerjanya


TRANSPORTASI PADATAN

SCREW CONVEYOR

Screw conveyer terdiri dari tiang baja yang berbentuk spiral (helix) dan berputar dalam baknya tanpa terjadi sentuhan dengan dinding bak. Batang screw digerakan oleh sebuah motor yang dilengkapi dengan roda gigi
 

FLIGHT CONVEYOR
Flight conveyor terdiri dari satu atau dua buah endless chain. Rantai tersebut dapat berputar dan melewati bagian yang melengkung (palung)
Rantai-rantai tersebut juga mempunyai piringan dari kayu atay baja yang disebut Flight

BELT CONVEYOR
alat ini terdiri dari endless belt / sabuk yang membawa solid dari satu tempat ketempat yang lain
Belt conveyor membutuhkan tenaga yang kecil dan dapat mengangkut material yang cukup jauh
 

BUCKET CONVEYOR
alat ini terdiri dari beberapa bucket / ember yang membawa solid dari satu tempat ketempat yang lain
Bucket Conveyor digunakan untuk membawa material padat yang sangat panas

PNEUMATIC CONVEYER
Pneumatic Action : Aksi pneumatic digunakan untuk membawa material padat dalam bentuk butiran sangat halus (powder). Material dibawa sebagaimana layaknya menghandle seperti liquid atau gas, yaitu dengan jalan mensuspensi partikelpartikel padat dalam gas atau cairan;
Unit satuan yang tersedia di bawah ini cukup lengkap, semoga bermanfaat…
Acceleration
foot/second2, meter/second2, gal, galileo, inch/second2
  • 1 m/s2 = 3.28084 ft/s2 = 100 cm/s2 = 39.37 inch per second squared (inch/s2)
  • 1 ft/s2 = 0.3048 m/s2 = 30.48 cm/s2
  • 1 g = 9.80665 m/s2 = 32.17405 ft/s2
Angle
  • 1 circle = 360 degrees = 400 grades = 21600 minutes = 6.28318 radians = 12 signs
  • 1 circumference = 360 degrees = 6.28318 radians
  • 1 radian = 0.15915 circumference = 57.29578 degree = 3437.747 minute = 0.63662 quadrant = 0.15915 revolution = 206265 second
Area
acre, are, barn, sq.ft., sq.in., foot2, hectare, inch2, mile2, section, meter2, township, yard2, hectares
  • 1 m2 = 1550 in2 = 10.764 ft2 = 1.1968 yd2 = 3.861×10-7 mile2
  • 1 ft2 = 0.0929 m2 = 144 in2 = 0,1111 yd2 = 3.587×10-8 mile2
  • 1 in2 = 6.452 cm2 = 6.452×10-4 m2 = 6.944×10-3 ft2 = 7.716×10-4 yd2 = 2.491×10-10 mile2
  • 1 yd2 = 0.8361 m2 = 1,296 in2 = 9 ft2 = 0.3228×10-6 mile2
  • 1 mile2 = 2.590×106 m2 = 0.4015×1010 in2 = 2.788×107 ft2 = 3.098×106 yd2=640 Acres
  • 1 acre = 1/640 square mile = 0.404686 ha (Hectares) = 4,046.86 m2 = 43,560.174 Sq.Ft. (Int) = 43,560 Sq.Ft. (US Survey) = 4840 Sq.Yds. = 40.46873 are
  • 1 km2 = 102 ha2 = 106 m2 = 1010 cm2 = 1012 mm2
  • 1 ha (Hectare) = 104 m2 = 108 cm2 = 1010 mm2 = 2.471 Acres
  • 1 cm2 = 10-4 m2 = 0.155 in2
  • 1 mm2 = 1.55×10-3in2
  • 1 township = 36 square mile = 23040 acre = 36 section = 9.323957 107 m2 = 9324 hectare = 93.24 square kilometer
  • 1 section = 1 square mile = 2.59 106 m2 = 2.59 square kilometer = 259 hectare = 3.0976 106 square yards = 640 acre =
  • 1 are = 0.024711 acre (Int) = 1 sq dekameter = 1076.39 sq foot = 100 sq meter = 3.86102×10-5 sq mile = 119.599 sq yard
  • 1 barn = 1×10-24 sq cm
  • 1 centiare = 0.01 are = 10.764 sq foot = 1550 sq inch = 1 sq meter = 1.19599 sq yard
  • 1 circular mil = 1×10-6 circular inch = 5.06707×10-6 sq cm = 7.85398×10-7 sq inch = 0.000507 sq mm = 0.7854 sq mill
  • 1 hectare = 2.471 acre 0 100 are = 1×108 sq cm = 107639.1 sq foot = 10000 sq meter = 0.00386 sq mile = 395.367 sq rod
Capacitance
  • 1 abfarad = 1×109 farad = 1×1015 microfarad = 8.98755×1020 statfarad
  • 1 farad = 1×10-9 abfarad = 1.00049 farads (Ínt) = 1×106 microfarad = 8.98755×1011 statfarad
Conductance
  • 1 abmho = 1000 megamho = 1×109 mho = 8.98755×1020 statmho
Current
  • 1 abampere = 10 ampere = 1.03638×10-4 faraday/sec(chem) = 2.99792×1010 statampere = 1 biot
  • 1 ampere = 0.1 abampere = 1.00015 ampere (Int) = 1 coulomb/sec = 1.03638×10-5 faraday/sec (chem) 1×106 microampere = 1000 milliampere = 2.99792×109 statampere
  • 1 ampere (Int) = 0.99985 ampere
  • 1 biot = 10 ampere
Density
kg/cubic meter, gram/centimeter3, lmb/cubic inch, lbm/cubic foot, slug/cubic foot, kilogram/cubic meter, lbm/gallon (US liq)
  • Density Water 1,000 kg/m3 = 62.43 Lbs./Cu.Ft = 8.33 Lbs./Gal. = 0.1337 Cu.Ft./Gal.
  • 1 lb/ft3 = 16.018 kg/m3 = 0.016 g/cm3 = 0.00926 oz/in3 = 2.57 oz/gal (Imperial) = 2.139 oz/gal (U.S.) = 0.0005787 lb/in3 = 27 lb/yd3 = 0.161 lb/gal (Imperial) = 0.134 lb/gal (U.S) = 0.0121 ton/yd3
  • 1 slug/ft3 = 515.379 kg/m3
  • 1 kg/l = 62.43 lb/ft3
  • 1 kg/m3 = 0.001 g/cm3 = 0.0005780 oz/in3 = 0.16036 oz/gal (Imperial) = 0.1335 oz/gal (U.S.) = 0.0624 lb/ft3 = 0.000036127 lb/in3 = 1.6856 lb/yd3 = 0.010022 lb/gal (Imperial) = 0.008345 lb/gal (U.S) = 0.0007525 ton/yd3
Electric Charge
  • 1 abcoulomb = 0.00278 ampere-hour = 10 coulomb = 6.24151×1019 electronic charge = 1.03632×10-4 faraday (chem) = 2.99792×1010 statcoulomb
  • 1 ampere hour = 360 abcoulomb = 3600 coulomb = 0.03731 faraday (chem)
  • 1 coulomb = 0.1 abcoulomb = 0.000278 ampere hour = 1 ampere second = 1.00015002 coulomb (Int) = 1.0363×10-5 faraday (chem) = 1.0360×10-5 faraday (phys) = 2.9979×109 statcoulomb
Electromotive Force, Voltage Difference
  • abvolt = 0.01 microvolt = 1×10-5 millivolt = 1×10-8 volt
Energy
British Thermal Unit (Btu), calorie, joule, kilojoule, electron volt, erg, foot lbf, foot poundal, kilocalorie, kilowatt hour, watt hour,
  • 1 J (Joule) = 0,1020 kpm = 2.778×10-7 kWh = 2.389×10-4 kcal = 0.7376 ft lbf = 1 (kg m2)/s2 = 1 watt second = 1 Nm = 1 ft lb = 9.478×10-4 Btu
  • 1 kpm = 9.80665 J = 2.724×10-6 kWh = 2.342×10-3 kcal = 7.233 ft lbf = 9.295×10-3 Btu
  • 1 kWh = 3.6×106 J = 3.671×105 kpm = 859.9 kcal = 2.656×106 ft lbf = 3.412×103 Btu
  • 1 kJ = 1 kNm = 1kWs = 103 J = 0.947813 Btu = 737.6 ft lbf = 0.23884 kcal
  • 1 Btu (British thermal unit) = 1,055.06 J = 107.6 kpm = 2.92875×10-4 kWh = 251.996 calorie = 0.252 kcal = 777.649 ft lbf = 1.0544×1010 erg = 0.293 watt hour = 0.999331 Btu (Int Steam Tab) = 0.998560 Btu (mean) = 25020.1 foot-poundal = 107.514 kg force meter = 1.0751×107 gram-force cm = 0.000393 hp-hour = 10.456 liter atm = 1054.35 wattsecond
  • 1 cal = 4.186 J
  • 1 kcal = 4186,8 J = 426,9 kp m = 1.163×10-3 kWh = 3.088 ft lbf = 3.9683 Btu = 1,000 cal
  • 1 ft lbf (foot pound force) = 1.3558 J = 0.1383 kp m = 3.766×10-7 kWh = 3.238×10-4 kcal = 1.285×10-3 Btu
  • 1 hp h (horse power hour) = 2.6846×106 J = 0.7457 kWh
  • 1 erg = 1 (g cm2)/s2 = 10-7 J
  • 1 eV = 1.602×10-19 J
  • 1 Q = 1018 Btu = 1.055×1021 J
  • 1 Quad = 1015 Btu
  • 1 Therm = 100,000 Btu
  • 1 kg m = 7.233 ft lb = 0.00929 Btu = 9.806 Joule
Energy per unit mass
  • 1 kJ/kg = 1 J/g = 0.4299 Btu/ lbm = 0.23884 kcal/kg
Flow – see Volume flow
Force
dyne, kilogram force (kgf), kilopound force, kip, lbf (pound force), ounce force (avoirdupois), poundal, newton
  • 1 N (Newton) = 0.1020 kp = 7.233 pdl = 7.233/32.174 lbf = 0.2248 lbf = 1 (kg m)/s2 = 105 dyne = 1/9.80665 kgf
  • 1 lbf (Pound force) = 4.44822 N = 0.4536 kp = 32.17 pdl = 4.448×105 dyn
  • 1 dyn = 1 (g cm)/s2
  • 1 kg has a weight of 1 kp
  • 1 kp (Kilopond) = 9.80665 N = 2.205 lbf = 70.93 pdl
  • 1 pdl (Poundal) = 0.13826 N = 0.01409 kp = 0.03108 lbf
Frequency
  • 1 hertz = 1 cycle/sec
Heat flow rate
  • 1 Btu/sec = 1,055.1 W
  • 1 kW (kJ/s) = 102.0 kpm/s = 859.9 kcal/h = 3,413 Btu/h = 1.360 hk = 1.341 hp = 738 ft lb/s = 1,000 J/s = 3.6×106 J/h
  • 1 kpm/s = 9.8067×10-3 kW = 8.432 kcal/h = 32.47 Btu/h = 0.01333 hk = 0.01316 hp = 7.237 ft lb/s
  • 1 kcal/h = 1.163×10-3 kW = 0.1186 kpm/s = 3.969 Btu/h = 1.582×10-3 hk = 1.560×10-3 hp = 0.8583 ft lb/s
  • 1 Btu/h = 2.931×10-4 kW = 0.0299 kpm/s = 0.252 kcal/h = 3.986×10-4 hk = 3.939×10-4 hp = 0.2163 ft lb/s
  • 1 kcal/h = 1.16×10-3 kW
  • 1 hk (metric horse power) = 0.735499 kW = 75.00 kpm/s = 632.5 kcal/h = 2,510 Btu/h = 0.9863 hp = 542.8 ft lb/s
  • 1 hp = 0.74570 kW = 76.04 kpm/s = 641.2 kcal/h = 2,545 Btu/h = 1.014 hk = 550.3 ft lb/s
  • 1 ft lb/s = 1.35501 kW = 0.1382 kpm/s = 1.165 kcal/h = 4.625 Btu/h = 1.843×10-3 hk = 1.817×10-3 hp
Heat flux
  • 1 Btu/ft2 = 2.713 kcal/m2 = 2.043×104 J/m2K
  • 1 Btu/ ft2 h = 3.1525 W/m2
  • 1 Btu/ft2 oF = 4.88 kcal/m2K = 2.043×104 J/m2K
  • 1 kcal/m2 = 0.369 Btu/ft2
  • 1 kcal/m2K = 0.205 Btu/ft2oF
Heat generation per unit volume
  • 1 Btu/ft3 = 8.9 kcal/m3 = 3.73×104 J/m3
  • 1 Btu/ft3 h = 10.343 W/m3
  • 1 kcal/m3 = 0.112 Btu/ft3
Heat generation per unit mass
  • 1 Btu/lb = 0.556 kcal/kg = 2,326 J/kg
  • 1 kcal/kg = 1.800 Btu/lb
Heat transfer coefficient
  • 1 Btu/ft2 h oF = 5.678 W/m2 K = 4.882 kcal/h m2 oC
  • 1 W/m2K = 0.85984 kcal/h m2 oC = 0.1761 Btu/ ft2 h oF
  • 1 kcal/h m2 oC = 1.163 W/m2K = 0.205 Btu/ ft2 h oF
Hydraulic Gradients
  • 1 ftH2O/100 ft = 0.44 psi/100 ft = 9.8 kPa/100 m = 1000 mmH2O/100 m
  • 1 psi/100 ft = 2.3 ftH2O/100 ft = 2288 mmH2O/100 ft = 22.46 kPa/100 m
Inductance
  • abhenry = 1×10-9 henry
  • nery = 1×109 abhenry = 0.9995 henry (Int) = 1000 millihenry = 1.113×10-12 stathenry
Information Storage
  • 1 bit = 0.125 byte (computers)
  • 1 byte = 8 bit
Length
feet, meters, centimeters, kilometers, miles, furlongs, yards, micrometers, inches,angstrom, cubit, fathom, foot, hand, league, light year, micron, mil, nautical mile, rod,
  • 1 m (meter) = 3.2808 ft = 39.37 in = 1.0936 yd = 6.214×10-4 mile
  • 1 km = 0.6214 mile = 3281 ft = 1094 yds
  • 1 in (inch) = 25.4 mm = 2.54 cm = 0.0254 m = 0.08333 ft = 0.02778 yd = 1.578×10-5 mile
  • 1 ft (foot) = 0.3048 m = 12 in = 0.3333 yd = 1.894×10-4 mile = 30.48 cm = 304.8 mm
  • 1 mm = 10-3 m
  • 1 cm = 10-2 m = 0.3937 in = 0.0328 ft = 1×108 Aangstrom = 0.03281 foot = 0.0984 hand (horses) = 0.3937 inch = 1×10-5 kilometer = 0.0497 link (Gunter) = 0.0328 (Ramden) = 1000 micrometer = 1000 micron = 5.3996×10-6 mile (naut) = 6.2137×10-6 mile (US statute) = 10 millimeter = 1×107 millimicron = 393.7 mil = 2.371 picas (printers) 28.4528 point (printers) = 0.00199 rod (US Survey) = 0.01094 yard
  • 1 mm = 0.03937 in
  • 1 Aangstrom = 10-10 m = 1×10-8 cm = 3.937×10-9 inch = 1×10-4 micrometer = 0.0001 micron = 0.1 millimicron
  • 1 mile = 1.6093 km = 1,609.3 m = 63,346 in = 5,280 ft = 1,760 yd
  • 1 mil (Norway and Sweden) = 10 kilometres
  • 1 nm (nautical mile, sea mile) = 1,852 metres = 1.151 mile = 6076.1 feet = 0.016667 degree of latitude
  • 1 yd (yard) = 0.9144 m = 36 in = 3 ft = 5.682×10-4 mile
  • 1 Furlong = 660 feet = 40 rods = 1/8 mile
  • 1 rod = 5.5 yards
  • 1 land league = 3 miles
  • 1 Fathom = 6 feet = 1.828804 meters
  • 1 astronomical unit = 1.496×108 kilometer
  • 1 cable (UK) = 0.00167 degree latitude = 185.37 meter
  • 1 cable length (US Survey) = 120 fathom (US Survey) = 720 foot (US Survey) = 219.456 meter
  • 1 caliber = 0.01 inch = 0.254 mm
  • 1 chain (Gunter or US Survey) = 2011.7 centimeter = 66.00013 foot = 66 foot (US Survey) = 0.1 Furlong (US Survey) = 792 inch (US Survey) = 100 link (Gunter) = 66.00013 link (Ramden) = 20.117 meter = 0.0125 mile (US statute) = 4 rod (US Survey) = 22 yard (US Survey)
  • 1 light year = 63241.08 astronomical unit = 9.46073×1012 kilometer = 5.8786×1012 mile (US statute) = 0.306601 parsec
Luminous Emittance (Illuminance)
  • 1 lumen/sq ft = 1 foot candle = 1×104 lux = 1 phot
  • 1 lux = 0.0929 foot candle = 1 lumen /sq meter = 0.0001 phot
Luminous Flux
  • 1 candle power = 12.566 lumen
  • 1 lumen = 1 candela steradian = 0.07958 candle power (spherical) = 0.0015 watt
Luminous Intensity
  • 1 candela = 1.091 hefner candle (Germ) = 1 lumen/steradian
Magnetic Flux Density
  • 1 gamma flux = 1×10-5 gauss = 1 x10-6 gram = 1 microgram = 1×10-9 tesla
  • 1 gauss = 0.9997 gauss (Int) = 1×105 gamma = 1 gilbert/cm = 1 maxwell/sq cm = 1 line/sq cm = 6.4516 line/sq inch = 1×10-4 tesla = 1×10-8 weber/sq cm = 6.452×10-8 weber/sq inch = 1×10-4 weber/sq meter
Magnitude of a Physical Quantity (Power or intensity relative to a specified or implied reference level)
  • 1 bel = 10 decibel
  • 1 decibel = 0.1 bel
Mass, Weight
pounds, kilograms, grams, ounces, grains, tons (long), tons (short), tons (metric), carat, grain, ounce mass, pound mass (lbm), slug, tonne
  • 1 kg = 1,000 gram = 2.2046 lb = 6.8521×10-2 slug
  • 1 lb = 16 oz = 0.4536 kg = 453.6 g = 7000 grains = 0.03108 slug
  • 1 slug = 14.594 kg = 32.174 lbm
  • 1 grain = 0.000143 lb = 0.0648 g
  • 1 g = 15.43 grains = 0.0353 oz = 0.002205 lb
  • 1 qt = 0.9464 liters
  • 1 metric ton (or tonne) = 1 tonne métrique = 1000 kg = 106 g = 109 mg = 0.907 short tons
  • 1 short ton = 2000 lbs = 907.18474 kg
  • 1 long ton = 2240 pounds = 1,016.0469088 kg
  • 1 oz (ounce) = 28.35 g = 437.5 grains = 0.0625 lb = 0.0000279 long ton (UK) = 0.00003125 long ton (US) = 0.000558 long hundredweight (UK) = 0.000625 long hundredweight (US) = 0.004464 stone = 16 dram
  • 1 troy pound = 12 troy ounces
  • 1 scruple = 20 grains
  • 1 dram = 3 scruples
  • 1 apothecary ounce = 8 drams
  • 1 apothecary pound = 12 apothecary ounces
  • 1 pennyweight = 24 grains
  • 1 Gal. H2O = 8.33 Lbs. H2O
  • 1 cental (US) = 45.359 kilogram = 100 pound
  • 1 carat (metric) = 3.0865 grain = 0.2 gram = 200 milligram
  • 1 hectogram = 100 gram = 0.26769 pound (apoth or troy) = 0.2205 pound (avdp)
  • Density, Specific Weight and Specific Gravity – An introduction and definition of density, specific weight and specific gravity. Formulas with examples.
Mass flow rate
  • 1 lb/h = 1.26×10-4 kg/s
  • 1 lb/s = 0.4536 kg/s
  • 1 lb/min = 7.56×10-3 kg/s = 27.216 kg/s
  • 1 kg/s = 3,600 kg/h = 132.28 lb/min
  • 1 kg/h = 2.778×10-4 kg/s = 3.67×10-2 lb/min
Moment of Inertia
  • 1 kg m2 = 10000 kg cm2 = 54675 ounce in2 = 3417.2 lb in2 = 23.73 lb ft2
Power
horsepower, kilowatt, watt,btu/second, calorie/second, foot lbf/second, kilocalorie/second
  • 1 W = 1 kg m2/s3 = 1 Nm/s = 1 J/s
  • 1 kW = 1,000 Watts = 3,412 Btu/h = 737.6/550 British hp = 1.341 British hp = 103/9.80665 kgf m/s = 737.6 ft lbf/s = 103/(9.80665 75) metric hp
  • 1 hp (English horse power) = 745.7 W = 0.746 kW = 550 ft lb/s = 2,545 Btu/h = 33.000 ft lb/m = 1.0139 metric horse power ~= 1.0 KVA
  • 1 horsepower (mech) = 2542.47 Btu (mean)/hr = 42.375 Btu (mean)/min = 0.7062 Btu (mean)/sec = 6.416×105 calorie/hr (termo) = 6.412×105 calorie (IST)/hr = 6.4069×105 calorie(mean)/hr = 10694 calorie/min (thermo) = 10686 calorie (IST)/min = 10678 calorie (mean)/min = 10.686 calorie, kg/min (IST) = 7.457×109 erg/sec = 1980000 foot pound-force/hr = 33000 foot pound-force/min = 550 foot pound-force/sec = 0.076 horsepower (boiler) = 0.9996 horsepower (electric) = 1.0139 horsepower (metric) = 745.7 joule/sec = 0.7457 kilowatt = 0.7456 kilowatt (Int) = 0.212 ton of refrigeration = 745.7 watt
  • 1 horsepower (boiler) = 33445.6 Btu (mean)/hr = 140671.6 calorie/min (thermo) = 140469.4 calorie (mean)/min = 140742.3 calorie (20oC)/min 9.8095×1010 erg/sec = 434107 foot-pound-force/min = 13.1548 horsepower (mech) = 13.1495 horsepower (electric) = 13.3372 horsepower (metric) = 13.1487 horsepower (water) = 9809.5 joule/sec = 9.8095 kilowatt
  • 1 horsepower (electric) = 2547.16 Btu/hr (thermo) = 2545.46 Btu (IST)/hr = 2543.49 Btu (mean)/hr = 178.298 calorie/sec (thermo) = 641.87 calorie, kg/hr (thermo) = 7.46×109 erg/sec = 33013 foot pound-force/min = 550.2 foot pound-force/sec = 1.0004 horsepower (mech) = 0.07605 horsepower (boiler) = 1.01428 horsepower (metric) = 0.99994 horsepower (water) = 746 joule/sec = 0.746 kilowatt = 746 watt
  • 1 horsepower (metric) = 2511.3 Btu/hr (thermo) = 2509.6 Btu (IST)/hr = 2507.7 Btu (mean)/hr = 6.328×105 calorie/hr (thermo) = 6.324×105 calorie (IST)/hr = 6.319×105 calorie (mean)/hr = 7.35×109 ergs/sec = 32548.6 foot pound-force/min = 542.476 foot pound-force/sec = 0.9863 horsepower (mech) = 0.07498 horsepower (boiler) = 0.9859 horsepower (electric) = 0.98587 horsepower (water) = 75 kg-force meter/sec (kg m/s) = 0.7355 kilowatt = 735.499 W = 75 kg m/s
  • 1 horsepower (water) = 33015 foot pound-force/min = 1.00046 horsepower (mech) = 0.07605 horsepower (boiler) = 1.00006 horsepower (electric) = 1.01434 horsepower (metric) = 0.746043 kilowatt
  • 1 refrigeration Ton = 12,000 Btu/h cooling = 3.516 kW = 3,025.9 k Calories/h
  • 1 cooling tower Ton = 15,000 Btu/h = 3,782 k Calories/h
  • 1 ft lb/s = 1.3558 W
  • 1 Btu/s = 1055.1 W
  • 1 Btu/h = 1 Btuh = 0.293 W = 0.001 MBH
  • 1 cheval vapeur (French) = 0.98632 horsepower
Power per unit area
  • 1 W/m2 = 0.3170 Btu/(h ft2) = 0.85984 kcal/(h m2)
Pressure
atmosphere, centimeters of mercury, foot of water, bar, barye, centimeter of water, dyne/centimeter2, inch of mercury, inch of water, kgf/centimeter2, kgf/meter2, lbf/foot2, lbf/inch2 (psi), millibar, millimeter of mercury, pascal, torr, newton/meter2
  • Standard Atmospheric Pressure 1 atm = 101.325 kN/m2 = 1.01325 bar = 101.325 kPa = 14.7 psia = 0 psig = 29.92 in Hg = 760 torr = 33.95 Ft.H2O = 407.2 In.W.G (Water Gauge) = 2116.8 Lbs./Sq.Ft.
  • 1 N/m2 = 1 Pa = 1.4504×10-4 lb/in2 = 1×10-5 bar = 4.03×10-3 in water = 0.336×10-3 ft water = 0.1024 mm water = 0.295×10-3 in mercury = 7.55×10-3 mm mercury = 0.1024 kg/m2 = 0.993×10-5 atm
  • 1 Pa = 10-6 N/mm2 = 10-5 bar = 0.1020 kp/m2 = 1.02×10-4 m H2O = 9.869×10-6 atm = 1.45×10-4 psi (lbf/in2)
  • 1 N/mm2 = 106 Pa = 10 bar = 1.020×105 kp/m2 = 102.0 m H2O = 9.869 atm = 145.0 psi (lbf/in2)
  • 1 mmHg = 1 torr = 0.01934 lb/in2
  • 1 atm = 101,325 Pa (N/m2) = 1.013×102 kN/m2 = 1.033×104 kp/m2 = 1.033 kp/cm2 = 1.013 bar = 14.696 psi (lb/in2) = 407.1 in H2O at 62 0F (16.7 oC) = 33.9 ft H2O at 62 0F (16.7 oC) = 10.33 m H2O at 62 0F (16.7 oC) = 29.92 in mercury at 62 0F (16.7 oC) = 760 mm mercury at 62 0F (16.7 oC) = 760 torr
  • 1 bar = 1×105 Pa (N/m2) = 0.1 N/mm2 = 10,197 kp/m2 = 10.20 m H2O = 0.98692 atm = 14.5038 psi (lbf/in2) = 1×106 dyne/sq cm = 750 mmHg = 1×106 barye (French) = 75.0062 cm Hg (0oC) = 33.4883 ft H2O (60oF) = 1019.72 gram-force/sq cm = 29.530 in Hg (32oF) = 1.01972 kg-force/sq cm = 1000 millibar = 2088.54 pound-force/sq foot
  • 1 kp/m2 = 9.81 Pa (N/m2) = 9.807×10-6 N/mm2 = 10-3 m H2O = 1 mm H2O = 0.9681×10-4 atm = 1.422×10-3 psi (lb/in2) = 0.0394 in H2O = 0.0736 mm mercury
  • 1 psi (lb/in2) = 144 psf (lbf/ft2) = 6,894.8 Pa (N/m2) = 6.895×10-3 N/mm2 = 6.895×10-2 bar = 27.71 in H2O at 62oF (16.7oC) = 703.1 mm H2O at 62oF (16.7oC) = 2.0416 in mercury at 62oF (16.7oC) = 51.8 mm mercury at 62oF (16.7oC) = 703.6 kg/m2 = 0.06895 atm = 2.307 Ft. H2O = 16 ounces
  • 1 psf (lbf/ft2) = 47.88 N/m2 (Pa) = 0.006944 lbf/in2 (psi)
  • 1 dyn/cm2 = 145.04×10-7 lbf/in2
  • 1 in mercury (Hg) = 3,376.8 N/m2= 0.49 lb/in2 = 12.8 in water
  • 1 Ounce = 1.73 In.W.C.
  • 1 Ft.H2O = 0.4335 psi = 62.43 Lbs./Sq.Ft.
  • 1 in water = 248.8 N/m2= 0.0361 lb/in2 = 25.4 kg/m2 = 0.0739 in mercury
  • 1 m H2O = 9806.7 Pa = 9.807×10-3 N/mm2 = 0.0987 bar = 1,000 kp/m2 = 0.09678 atm = 1.422 psi (lbf/in2)
  • 1 mm water = 9.81 Pa (N/m2) = 1 kg/m2 = 0.0736 mm mercury = 0.9677×10-4 atm
  • 1 mm mercury = 0.0193 lb/in2 = 133 N/m2 = 12.8 mm water
  • 1 barye (French) = 1.0 dyne/sq cm = 0.10 newton/sq meter = 0.10 Pascal
Note! When using pressure units based on liquid columns (like mm Water, in Water, mm Hg …) – be aware that densities of liquids varies with temperature. For more exact conversions consult temperature density sources for the actual liquids.
Radioactivity
  • 1 becquerel = 2.7027×10-11 curie = 1 disintegration/sec
Resistance, Electrical
  • 1 abohm = 1×10-15 megohm = 0.001 microohm = 1×10-9 ohm
Rotation
revolutions,
  • 1 r/min (rpm) = 0.01667 r/s = 0.105 rad/s
  • 1 r/s = 60 r/min = 6.28 rad/s
  • 1 rad/s = 9.55 r/min (rpm) = 0.159 r/s (rps)
Specific energy, enthalpy, entropy
  • 1 Btu/lbm = 2,326.1 J/kg = 0.55556 kcal/kg = 778.2 ft lbf / lbm = 3.9 10-4 hp hr / lbm = 5.4 lbf/in2 / lbm/ft3 = 0.237 kp m / g = 5.56 10-4 kcal/g = 2.326 kJ/kg
  • 1 J/kg = 4.299×10-4 Btu/lbm = 2.388×10-4 kcal/kg
  • 1 kcal/kg = 1.80 Btu/lbm = 4,187 J/kg
Specific heat capacity
  • 1 J/(kg K) = 2.389×10-4 kcal/(kg oC) = 2.389×10-4 Btu/(lbm oF)
  • 1 kJ/(kg K) = 0.2389 kcal/(kg oC) = 0.2389 Btu/(lbm oF)
  • 1 Btu/(lbm oF) = 4,186.8 J/ (kg K) = 1 kcal/(kg oC)
  • 1 kcal/(kg oC) = 4,186.8 J/ (kg K) = 1 Btu/(lbm oF)
Specific Volume
  • 1 m3/kg = 16.02 ft3/lbm = 27680 in3/lbm = 119.8 US gal/lbm = 1000 liter/kg
  • 1 liter/kg = 0.016 ft3/lbm = 27.7 in3/lbm = 0.12 US gal/lbm = 0.001 m3/kg
  • 1 ft3/lbm = 1728 in3/lbm = 7.48 US gal/lbm = 62.43 liter/kg = 0.062 m3/kg
  • 1 in3/lbm = 0.00058 ft3/lbm = 0.0043 US gal/lbm = 0.036 liter/kg = 0.000036 m3/kg
  • 1 US gal/lbm = 0.134 ft3/lbm = 231 in3/lbm = 8.35 liter/kg = 0.0083 m3/kg
Temperature
celsius, rankine, kelvin, centigrade, fahrenheit,
  • 1 oC = 1.8 oF
  • 1 oF = 0.555 oC
  • 0 oC corresponds to 32 oF, 273.16 K and 491.69 R
  • 1 oR = 5/9 K
  • T(oF) = [T(oC)](9/5) + 32
  • T(oF) = [T(K) - 273.15](9/5) + 32
  • T(oC) = 5/9[T(oF) - 32]
Thermal Conductivity
  • 1 W/(m K) = 0.85984 kcal/(h m oC) = 0.5779 Btu/(ft h oF)
  • 1 Btu/(ft h oF) = 1.731 W/(m K) = 1.488 kcal/(h m oC)
  • 1 kcal/(h m oC) = 1.163 W/(m K) = 0.6720 Btu/(ft h oF)
Thermal Diffusivity
  • 1 ft2 /s = 0.0929 m2/s
  • 1 ft2 /h = 2.581×10-5 m2/s
Thermal resistance
  • 1 (h oF)/Btu = 1.8958 K/W
Time
year, month, day, hour, minute, second, millisecond
  • 1 h = 3600 s = 60 min
  • 1 ms (millisecond) = 10-3 s
  • 1 μs (microsecond) = 10-6 s
  • 1 ns (nanosecond) = 10-9 s
  • 1 day (mean solar) = 1.0027379 day (sidereal) = 24 hour (mean solar) = 24.06571 hour (sidereal) = 0.0027397 year (calendar) = 0.002738 year (sidereal) = 0.002738 year (tropical)
Torque, Moment
foot-pound torque, newton-meter
  • 1 ft lb = 1.356 Nm
Velocity, Speed
foot/second, inch/second, meter/second, kilometer/hour, knot, mile/hour,nautical mile per hour
  • 1 ft/s = 0.3048 m/s
  • 1 ft/min = 5.08×10-3 m/s = 0.0183 km/h = 0.0114 mph
  • 1 mph = 0.44703 m/s = 1.609 km/h = 88 ft/min = 5280 ft/hr = 1.467 Ft./sec. = 0.8684 knots
  • 1 m/s = 3.6 km/h = 196.85 ft/min = 2.237 mph
  • 1 km/h = 0.2778 m/s = 54.68 ft/min = 0.6214 mph = 0.5396 knot
  • 1 knot (nautical mile per hour) = 0.514444444 m/s = 1.852 kilometers per hour = 1.1515 miles per hour= 1 nautical miles per hour
  • 1 League = 3.0 Miles
  • 1 cm/sec = 1.9685 foot/min = 0.0328 foot/sec = 0.036 km/hr = 0.0194 knots (Int) = 0.6 meter/min = 0.02237 mile/hr = 0.000373 mile/min
Viscosity Dynamic
  • 1 lb/(ft s) = 1.4879 Pa s = 14.88 P = 1,488 cP = 0.1517 kp s/m2
  • 1 cP (Centipoise) = 10-3 Pa s = 0.01 Poise = 1.020×10-4 kp s/m2 = 6.721×10-4 lb/(ft s) = 0.00100 (N s)/m2 = 0.01 gram/(cm sec) = 2.4191 lb/(ft hr)
  • 1 kg/(m s ) = 1 (N s)/m2 = 0.6720 lbm/(ft s) = 10 Poise
  • 1 P (Poise) = 0.1 Pa s = 100 cP = 1.020×10-2 kp s/m2 = 6.721×10-2 lb/(ft s) = 0.1 kg/ms
  • 1 Pa s (N s/m2) = 10 P (Poise) = 103 cP = 0.1020 kp s/m2 = 0.6721 lb/(ft s)
  • 1 kp s/m2 = 9.80665 Pa s = 98.07 P = 9,807 cP = 6.591 lb/(ft s)
  • 1 reyns = 1 1bf s/in2 = 6894.76 Pa s
  • Dynamic, Absolute and Kinematic Viscosity – An introduction to dynamic, absolute and kinematic viscosity and how to convert between CentiStokes (cSt), CentiPoises (cP), Saybolt Universal Seconds (SSU) and degree Engler.
Viscosity Kinematic
  • 1 ft2/s = 0.0929 m2/s
  • 1 ft2/ h = 2.581×10-5m2/s
  • 1 St (Stokes) = 1×10-4 m2/s = 100 cSt = 1.076×10-3 ft2/s
  • 1 m2/s = 104 St = 106 cSt = 10.764 ft2/s= 38750 ft2/h
  • 1 cSt (Centistoke) = 10-6 m2/s = 0.01 Stokes = 1.076×10-5 ft2/s = 1 square mm/sec

Volume
barrel, gallon, cubic centimeter (cm3), cubic feet (foot3), cubic inch (inch3), cubic meter (meter3), cubic yard (yard3), quarts, liters, acre foot, board foot, bushel, cord, cup, dram, fluid ounce, peck, pint, quart, tablespoon, teaspoon,
  • 1 ft3 = 0.02832 m3= 28.32 dm3 = 0.03704 yd3 = 6.229 Imp. gal (UK) = 7.481 gal (US) = 1,728 cu inch = 2.296×10-5 acre foot = 12 board foot (timber) = 0.7786 bushel (UK) = 0.8036 bushel (US, dry) = 0.00781 cord (firewood) = 0.0625 cord foot (timber) = 28316.8 cu centimeter = 6.42851 gallon (US, dry) = 7.48052 gallon (US, liq) = 28.3168 liter = 996.614 ounce (UK, liq) = 957.506 ounce (US, liq) = 51.4281 pint (US, dry) = 59.84442 pint (US, liq) = 25.714 quart (US, dry) = 29.922 quart (US, liq)
  • 1 in3 = 1.6387×10-5 m3 = 1.639×10-2 dm3 (liter) = 16.39 cm3 = 16390 mm3 = 0.000579 ft3
  • 1 Gallon (U.S.) = 3.785×10-3 m3 = 3.785 dm3 (liter) = 231 in3 = 0.13368 ft3 = 4.951×10-3 yd3 = 0.8327 Imp. gal (UK) = 4 Quarts = 8 Pints
  • 1 Imp. gallon (UK) = 4.546×10-3 m3 = 4.546 dm3 = 0.1605 ft3 = 5.946×10-3 yd3 = 1.201 gal (US)
  • 1 dm3 (Liter) = 10-3 m3 = 0.03532 ft3 = 1.308×10-3 yd3 = 0.220 Imp gal (UK) = 0.2642 Gallons (US) = 1.057 Quarts = 2.113 Pints
  • 1 yd3 = 0.7646 m3 = 764.6 dm3 = 27 ft3 = 168.2 Imp. gal (UK) = 202.0 gal (US) = 46,656 Cu.In. = 1616 Pints = 807.9 Quarts = 764.6 Liters
  • 1 pint (pt) = 0.568 dm3 (liter) = 16 fl. oz. (fluid ounce) = 28.88 in3
  • 1 km3 = 109 m3 = 1012 dm3 (liter) = 1015 cm3 = 1018 mm3
  • 1 cm3 = 0.061 in3 = 0.00042 board foot = 2.7496×10-5 bushel (UK) = 2.8378×10-5 bushel (US, dry) = 3.5315×10-5 cu foot = 0.06102 cu inch = 1×10-6 cu meter = 1.308×10-6 cu yard = 0.28156 drachm (UK, liq) = 0.27051 dram (US, liq) = 0.000227 gallon (UK) = 0.00027 gallon (US, dry) = 0.000264 gallon (US, liq) = 0.0074 gill (UK) = 0.00845 gill (US) = 0.001 liter = 0.035195 ounce (UK, liq) = 0.033814 ounce (US, liq) = 0.00182 pint (US, dry) = 0.00211 pint (US, liq) = 0.00088 quart (UK) = 0.00091 quart (US, dry) = 0.00106 quart (US, liq)
  • 1 m3 = 103 dm3 (liter) = 35.31 ft3 = 1.3093 yd3 = 220.0 Imp. gal (UK) = 264.2 gal (US) = 61,023 Cu.In. = 35.31 Cu.Ft = 0.1 decistere
  • 1 Hogshead = 63 gallon = 8.42184 Cu.Ft
  • 1 barrel (UK) = 1.5 bag (UK) = 1.41541 barrel (US, dry) = 1.37251 barrel (US, liq) = 4.5 bushel (UK) = 4.64426 bushel (US, dry) = 5.77957 cu ft = 0.16366 cu meter = 36 gallon (UK) = 163.6592 liter
  • 1 barrel beer = 31.5 gallons beer
  • 1 barrel (US, oil) = 1.33 barrel (US, liq) = 5.61458 cu foot = 42 gallons (US, liq) = 158.9873 liter
  • 1 barrel (US, dry) = 0.969696 barrel (US, liq) = 3.28122 bushel (US, dry) = 4.0833 cu ft = 7056 cu inch = 0.11563 cu meter = 104.999 quart (US, dry)
  • 1 barrel (US, liq) = 1.03125 barrel (US, dry) = 0.75 barrel (US, oil) = 4.2109 cu foot = 7276.5 cu inch = 0.11924 cu meter = 26.22924 gallon (UK) = 31.5 gallon (US, liq) = 119.24 liter =
  • 1 bushel = 1.2445 Cu.Ft. = 32 Quarts (Dry) = 64 Pints (dry) = 4 Pecks
  • 1 bushel (UK) = 0.3333 bag (UK) = 1.03206 bushel (US) = 36368.7 cu cm = 1.28435 cu foot = 2219 cu inch = 8 gallon (UK) = 36.3687 liter
  • 1 bushel (US, dry) = 0.30476 barrel (US, dry) = 0.96894 bushel (UK) = 35239.07 cu cm = 1.24446 cu foot = 2150.42 cu inch = 0.03524 cu meter 0.04609 cu yard = 8 gallon (US, dry) = 9.30918 gallon (US, liq) = 35.23907 liter = 1191.57 ounce (US, liq) = 4 peck (US) = 64 pint (US, dry) = 32 quart (US, dry) = 37.23671 quart (US, liq)
  • 1 quart (qt) = 2 pints = 57.75 in3 = 1/8 dry quarts
  • 1 fluid ounce (fl. oz.) = 2 tablespoons = 1.805 in3 = 29.574 milliliters
  • 1 cord (firewood) = 128 cu foot = 8 cord foot (timber) = 3.6246 cu meter
  • 1 cord foot (timber) = 0.125 cord (firewood) = 16 cu foot
  • 1 peck = 8 dry quarts
  • 1 cup = 8 fl.oz. (fluid ounce)
  • 1 cup (metric) = 200 milliliter
  • 1 cup, tea = 0.25 pint = 142.06 milliliter
  • 1 board foot = piece of lumber 1 foot wide x 1 foot long x 1 inch thick = 2359.74 cu cm = 0.083333 cu foot = 144 cu inch
  • 1 acre foot = 43560 cu foot = 1233.482 cu meter = 1613.33 cu yard = 3.259×105 gallon (US liquid)
  • 1 acre inch = 3630 cu foot = 102.7901531 cu meter = 134.44 cu yard = 27154.286 gallon (US)
  • 1 bucket (UK) = 18184.35 cu cm = 4 gallon (UK)
  • 1 butt (UK. liq) = 16.2549 bushel (US) = 20.2285 cu foot = 0.57281 cu meter = 151.3197 gallon (US)
  • 1 chaldron (UK, liq) = 36 bushel (UK)
  • 1 dram (US, liq) = 3.6967 cu cm = 0.225586 cu inch = 1.04084 drachm (UK, liq) = 0.03125 gill (US) = 3.69669 millimeter = 60 minim (US) = 0.125 ounce (US, liq) = 0.0078125 pint (US, liq)
  • 1 fifth (US, liq) = 17.067 jigger (US, liq) = 0.75708 liter = 25.6 ounce (US, liq) = 1.6 pint (US, liq) = 25.6 pony (US, liq) = 0.8 quartt (US, liq) = 25.6 shot (US, liq)
  • 1 firkin (UK) = 1.125 bushel (UK) = 40914.8 cu cm = 1.44489 cu foot = 1.20095 firkin (US) = 9 gallon (UK) = 40.91481 liter = 72 pint (UK)
  • 1 hectoliter = 2.7496 bushel (UK) = 2.8378 bushel (US, dry) = 1×105 cu cm = 3.5315 cu foot = 26.417 gallon (US, liq) = 100 liter = 3381.4 ounce (US, liq) = 11.351 peck (US)
Volume Flow
  • 1 dm3/s (kg/s water) = 13.20 Imp. gal (UK)/min
  • 1 m3/s = 3,600 m3/h = 1,000 dm3(liter)/s = 35.32 ft3/s = 2,118.9 ft3/min = 13,200 Imp.gal (UK)/min = 15,852 gal (US)/min
  • 1 m3/h = 2.7778×10-4 m3/s = 0.2778 dm3(litre)/s = 9.810×10-3 ft3/s = 0.5886 ft3/min (cfm) = 3.667 Imp.gal (UK)/min = 4.403 gal (US)/min
  • 1 m3/h = 103 dm3(litre)/h = 16.67 dm3(litre)/min = 0.27878 dm3(litre)/s
  • 1 ft3/min = 1.7 m3/h = 0.47 l/s = 62.43 Lbs.H2O/Min.
  • 1 dm3(litre)/s = 10-3 m3/s = 3.6 m3/h = 0.03532 ft3/s = 2.1189 ft3/min (cfm) = 13.200 Imp.gal (UK)/min = 15.852 gal (US)/min = 792 Imp. gal (UK)/h
  • 1 dm3(litre)/s = 60 litre/min = 3,600 litre/h
  • 1 ft3/s = 0.0283168 m3/s = 101.9 m3/h = 28.32 dm3(litre)/s = 60 ft3/min = 373.7 Imp.gal (UK)/min = 448.9 gal (US)/min
  • 1 Imp.gal (UK)/min = 7.57682×10-5 m3/s = 0.273 m3/h = 0.0758 dm3(litre)/s = 2.675×10-3 ft3/s = 0.1605 ft3/min = 1,201 gal (US)/min
  • 1 gal (US)/min =6.30888×10-5 m3/s = 0.227 m3/h = 0.06309 dm3(litre)/s = 2.228×10-3 ft3/s = 0.1337 ft3/min = 0.8327 Imperial gal (UK)/min
Defenisi
       Kromatografi adalah teknik pemisahan  campuran didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen-komponen  campuran tersebut diantara dua fase,  yaitu fase
diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas).
 Bila fase diam berupa  zat padat yang  aktif, maka dikenal istilah kromatografi
penyerapan (adsorption chromatography). Bila fase diam berupa zat cair, maka teknik ini
disebut kromatografi pembagian (partition chromatography).

Jenis-Jenis Kromatografi
        Berdasarkan fase gerak yang  digunakan, kromatografi dibedakan  menjadi dua
golongan besar yaitu  gas chromatography dan liquid  chromatography. Masing-masing
golongan dapat dibagi lagi seperti yang telah disebutkan pada definisi di atas. 

Pembagian ini selanjutnya dapat dibagi lagi seperti telihat pada skema berikut:
KROMATOGRAFI   :    
  1. Kromatografi Gas
             a. GLC
             b. GSC
   2. Kromatogarafi Cair
             a. HPLC
             b. LLC-PC
             c. LSC-TLC, Kolom
             d. Ion Excange
             e. Ekslusi : - GP
           - GF
Keterangan
GLC   = Gas Liquid Chromatography
GSC   = Gas Solid Chromatography
LLC    = Liquid Liquid Chromatography
LSC    = Liquid Solid Chromatography
PC     = Paper Chromatography
TLC    = Thin Layer Chromatography
GP     = Gel Permeation
GF      = Gel Filtration
HPLC = High Performance Liguid Chromatography

Liquid Liquid Chromatography (LLC)
LLC adalah kromatografi pembagian dimana partisi terjadi antara fase gerak dan fase
diam yang kedua-duanya zat cair. Dalam hal ini fase diam tidak boleh larut dalam fase gerak.
Umumnya sebagai fase diam digunakan  air dan sebagai fase gerak adalah pelarut
organik. Misalnya pada kromatografi  kertas, sebagai fase diam adalah air yang  terserap
pada serat selulosa dari kertas.

Liquid Solid Chromatography (LSC)
LSC adalah kromatografi penyerapan.  Sebagai adsorben digunakan silika gel,
alumina, penyaring molekul atau gelas  berpori dipak dalam sebuah kolom dimana
komponen-komponen campuran dipisahkan dengan adanya fase gerak. Kromatografi kolom
dan kromatografi lapis tipis (TLC) merupakan teknik pemisahan yang masuk golongan ini.

Ion-exchange chromatography
Teknik ini menggunakan zeolitas, resin organik atau anorganik sebagai penukar  ion.
Senyawaan yang mempunyai ion-ion  dengan afinitas yang berbeda terhadap  resin yang
digunakan dapat dipisahkan. 
 Analisa asam-asam amino adalah yang umum dilakukan dengan cara ini. Contoh lain
adalah asam-asam nukleat dan analisis garam-garam anorganik.

Exclusion chromatography
Dalam teknik ini, gel nonionik berpori banyak dengan ukuran yang sama digunakan
untuk memisahkan campuran berdasarkan perbedaan ukuran molekulnya (BM). 
Molekul-molekul yang kecil akan memasuki  pori-pori dari gel sedangkan molekul
besar akan  melewati  sela-sela gel lebih cepat bila dibandingkan  dengan molekul yang
melewati pori-porinya. Jadi  urutan elusi mula-mula adalah molekul yang lebih  besar,
molekul sedang, dan terakhir molekul yang  paling kecil. Bila sebagai penyaring digunakan
gel yang hidrofil (Sephadex) maka teknik ini disebut gel  filtration chromatography dan bila
digunakan gel yang  hidrofob (polystyrene-divinylbenzene) disebut  gel  permeation
chromatography.
Teknik kromatografi yang umum digunakan dibidang  farmasi yaitu kromatografi
kolom,  kromatografi  kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi gas, dan  high
performance liquid chromatography (kromatografi cair kinerja tinggi / KCKT).

Teori
 Martin dan Synge adalah yang pertamakali menulis tentang teori liquid partition
chromatography.  Prinsip teori yang  dikemukakan itu dapat diterapkan untuk  semua jenis
kromatografi.

 Pemisahan terjadi karena molekul sampel tertahan oleh fase diam atau dibawa oleh
fase gerak, tergantung dari afinitas senyawa tersebut terhadap kedua fase ini.
Koefisien distribusi
 Distribusi dari molekul-molekul sampel  diantara dua fase ditentukan oleh tetapan
kesetimbangan yang dikenal dengan koefisien distribusi, K (koefisien partisi).
                                   K = Cs/Cm
K     = koefisien partisi
Cs   = konsentrasi sampel dalam fase diam (stationary phase)
Cm   = konsentrasi sampel dalam fase gerak (mobile phase)
Bila harga K, besar berati populasi molekul dalam fase diam lebih besar daripada fase gerak
dan berarti rata-rata lebih lama tertahan dalam fase diam.
Faktor kapasitas
K’ =    = capacity factor =   = perbandingan molekul sampel dalam fase diam dengan     
                                                            fase gerak.

  K’ Adalah nilai yang menunjukkan seberapa kuay  komponen-komponen dalam
sampel yang dibawa oleh fase gerak berinteraksi dengan kolom (fase diam).
Laju pemisahan
Apabila bagian waktu yang dibutuhkan oleh molekul  sampel pada fase gerak dikalikan
dengan kecepatan linier  (u) dari fase gerak maka diperoleh  laju pemisahan (rate of  travel)
dari molekul rata-rata.
Rate = u  
Jadi, laju pemisahan ditentukan oleh :
1. Kecepatan fase gerak (sama untuk tiap komponen campuran).
2. Perbandingan dari volume fase diam dengan fase gerak  (sama untuk tiap komponen   
campuran) 
3. Koefisien distribusi (spesifik untuk tiap komponen campuran).
Retention time
Waktu yang diperlukan oleh sebuah komponen sampel untuk melintasi kolom sepanjang L
disebut ‘retention time’ (t). Dari definisi ini, laju pemisahan diperoleh:
t=  =  = ( 1 + K’) = tM(1 + K’)
tM= waktu yang diperlukan oleh fase gerak untuk melintasi kolom sepanjang L.
Persamaan ini merupakan persamaan dasar untuk semua jenis kromatografi. Dalam
praktek sering  diterapkan pada kromatografi gas  dan definisinya  dapat diubah menjadi
retention time, yaitu waktu  yang diperlukan oleh sampel mulai dari saat injeksi  sampai
timbulnya peak maksimum.
Retention volume
Bila kecepatan dari fase gerak konstan, maka volume dari fase gerak yang diperlukan
untuk memisahkan suatu  komponen campuran dari kolom dapat dihitung dengan  rumus
berikut :
Volume = waktu x kecepatan aliran
         VR = tRF
Bila persamaan retention time disubstitusikan ke dalam persamaan ini maka diperoleh:
                 VR = Vm (1 + K’) = Vm + KVs
    Vm = volume dari fase gerak dalam kolom
                 Vs = volume dari fase diam
Bila fase diam berupa zat padat maka Vs dapat dirubah menjadi luas permukaan / area
(adsorption) atau dengan kapasitas penukar ion. 

Relative retention (selektifitas, α)
α adalah nilai yang menunjukkan seberapa baik sistem kromatografi dapat memisahkan dua
komponen. 
Retention time dan retention volume kurang  tepat jika dipakai untuk identifikasi
dengan membandingkan data-data lainnya karena hargaharga  ini sangat tergantung dari
cara pembuatan kolom dan kondisi percobaan. Untuk menghilangkan efek dari operasional
variabel,  maka lebih baik digunakan harga relative  retention yaitu perbandingan antara
retention time sampel dengan retention time standar yang diperoleh dari kolom yang sama
dengan kondisi percobaan yang sama.
Plate theory (N)
Martin dan Synge melihat adanya  persamaan proses yang terjadi pada  kolom
kromatorafi dengan kolom destilasi bertingkat kemudian menerapkan konsep “theoretical
rate” pada pemisahan dengan destilasi ke dalam kromatografi.
Harga N ditentukan oleh kontruski kolom, sifat sampel. Flow rate, temperature, cara
memasukkan sampel dll. Ada 2 cara memperbesar harga N yaitu dengan memperpanjang
kolom dan dengan memperpanjang jumlah keseimbangan (equilibrium) alam jangka waktu
yang sama.
Rate theory
Dalam praktek harga H selalu lebih besar dari harga  idealnya (nol) yang berarti
terjadi pelebaran peak. Pelebaran ini disebabkan oleh 3 faktor yaitu:
1. Efek perbedaan jarak (eddy diffusion)
Perbedaan jarak yang dilalui oleh molekul yang satu  dengan yang lain disebabkan
perbedaan bentuk,  ukuran partikel-partikel pengisi kolom, cara pengisian  kolom, dan
diameter dari kolom. Perbedaan ini  mengakibatkan perbedaan waktu keluarnya

molekulmolekul dari kolom. Untuk memperkecil efek ini, digunakan partikel-partikel kecil
yang serba sama  tetapi tidak menyebabkan penurunan tekanan dalam  kolom terlalu
tinggi, diameter kolom yang kecil,  pengepakan yang mampat dan serba sama tanpa
memecahkan partikel-partikel pengisi kolom tersebut. 

2.Difusi molekul sepanjang kolom 
Molekul-molekul cenderung untuk  berdifusi dari daerah yang  konsentrasinya tinggi ke
daerah yang  konsentrasiya rendah. Akibatnya, waktu melintasi kolom, molekul-molekul
akan menyebar (berdifusi) ke belakang dan ke depan.

3. Efek ketidaksinambungan
Aliran yang terus-menerus dari fase gerak  menyebabkan penyimpangan dari
keseimbangan dimana Cs/Cm selalu lebih kecil dari K pada tepi zona yang didepan dan
selalu lebih besar pada tepi zona yang di belakang seperti terlihat pada gambar di atas
(c). Pada partition chromatography, efek ini makin nyata bila kekentalan fase diam makin
tinggi.

Resolusi
Merupakan ukuran apakah suatu senywa terpisah secara baik atau tidak dengan
senyawa lain. Perubahan kecil pada nilai α akan menyebabkan nilai resolusi berubah secara
signifikan....

KROMATOGRAFI - Namikazewand


         Walaupun agak tidak terlalu jelas, kontribusi kromatografi pada perkembangan kimia modern tidak dapat dipandang rendah. Tanpa teknik kromatografi, sintesis senyawa murni (atau hampir murni) akan sangat sukar , dan dalam banyak kasus, hampir tidak mungkin.
Di awal abad ke-20, kimiawan Rusia Mikhail Semënovich Tsvet (1872-1919) menyiapkan kolom yang diisi dengan serbuk kalsium karbonat, dan kedalamnya dituangkan campuran pigmen tanaman yang dilarutkan dalam eter. Secara mengejutkan, pigmen memisahkan dan membentuk lapisan berwarna di sepanjang kolom. Ia menamakan kromatografi pada teknik pemisahan baru ini (1906). Kemudian kimiawan dari Swiss Richard Martin Willstätter (1872-1942) menerapkan teknik ini untuk risetnya yakni khlorofil untuk menunjukkan manfaat teknik ini, dan sejak itu banyak perhatian diberikan pada kromatografi.
Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen. Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang di dalamnya diisikan fasa stasioner (padatan atau cairan). Campuran ditambahkan ke kolom dari ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban yang cocok (fasa mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun masing-masing komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan adsorpsi atau koefisien partisi antara fasa mobil dan fasa diam (stationer).
Komponen utama kromatografi adalah fasa stationer dan fasa mobil dan kromatografi dibagi menjadi beberapa jenis bergantung pada jenis fasa mobil dan mekanisme pemisahannya, seperti ditunjukkan di Tabel 12.1
Tabel 12.1 Klasifikasi kromatografi
Kriteria
Nama
Fasa mobil
Kromatografi cair, kromatografi gas
Kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi
Mekanisme
Kromatografi pertukaran ion
kromatografi gel
Fasa stationer
Kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis,
kromatografi kertas
Beberapa contoh kromatografi yang sering digunakan di laboratorium diberikan di bawah ini.

a. Kromatografi partisi                    

Prinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat diterapkan pada sistem multikomponen yang dibahas di bagian sebelumnya. Dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu kali proses. Dalam percobaan, zat terlarut didistribusikan antara fasa stationer dan fasa mobil. Fasa stationer dalam banyak kasus pelarut diadsorbsi pada adsorben dan fasa mobil adalah molekul pelarut yang mengisi ruang antar partikel yang ter adsorbsi.
Contoh khas kromatografi partisi adalah kromatografi kolom yang digunakan luas karena merupakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa organik (Gambar 12.3).
Kolomnya (tabung gela) diisi dengan bahan seperti alumina, silika gel atau pati yang dicampur dengan adsorben, dan pastanya diisikan kedalam kolom. Larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom dari atas sehingga sammpel diasorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut (fasa mobil; pembawa) ditambahkan tetes demi tetes dari atas kolom.
Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa mobil) dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorben (fasa stationer). Selama perjalanan turun, zat terlarut akan mengalami proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda untuk masing-masing zat terlarut dan bergantung pada koefisien partisi masing-masing zat terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa lapisan.
Akhirnya, masing-masing lapisan dielusi dengan pelarut yang cocok untuk memberikan spesimen murninya. Nilai R didefinisikan untuk tiap zat etralrut dengan persamaan berikut.
R = (jarak yang ditempuh zat terlarut) / (jarak yang ditempuh pelarut/fasa mobil).

b. Kromatografi kertas

Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan.
Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan sukses besar. Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam-asam amino larut dalam air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin didistilasi), pemisahan asam amino adalah masalah paling sukar yang dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi penemuan kromatografi kertas merupakan berita sangat baik bagi mereka.
Kimiawan Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994) adalah orang pertama yang menggunakan metoda analisis asam amino dengan kromatografi kertas. Saat campuran asam amino menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino antara fasa mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketiak pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino diidentifikasi.
Kromatografi kertas dua-dimensi (2D) menggunakan kertas yang luas bukan lembaran kecil, dan sampelnya diproses secara dua dimensi dengan dua pelarut.

c. Kromatografi gas

Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair).
Umumnya, untuk kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen, nitrogen atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah seperti oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida dimungkinkan dengan teknik ini.
Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring molekular, digunakan sebagai fasa diam dan diisikan ke dalam kolom. Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas pembawa disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi antara fasa gas (mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi. Senyawa yang kurang larut dalam fasa diam akan keluar lebih dahulu.
Metoda ini khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah telah dengan sukses dilakukan dengan teknik ini.
Efisiensi pemisahan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairannya. Disarankan untuk mencoba fasa cair standar yang diketahui efektif untuk berbagai senyawa. Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih khusus kemudian dapat dipilih. Metoda deteksinya, akan mempengaruhi kesensitifan teknik ini. Metoda yang dipilih akan bergantung apakah tujuannya analisik atau preparatif.

d. HPLC

Akhir-akhir ini, untuk pemurnian (misalnya untuk keperluan sintesis) senyawa organik skala besar, HPLC (high precision liquid chromatography atau high performance liquid chromatography) secara ekstensif digunakan. Bi la zat melarut dengan pelarut yang cocok, zat tersebut dapat dianalisis. Ciri teknik ini adalah penggunaan tekanan tinggi untuk mengirim fasa mobil kedalam kolom. Dengan memberikan tekanan tinggi, laju dan efisiensi pemisahan dapat ditingkatkan dengan besar.
Silika gel atau oktadesilsilan yang terikat pada silika gel digunakan sebagai fasa stationer. Fasa stationer cair tidak populer. Kolom yang digunakan untuk HPLC lebih pendek daripada kolom yang digunakan untuk kromatografi gas. Sebagian besar kolom lebih pendek dari 1 m.
Kromatografi penukar ion menggunakan bahan penukar ion sebagai fasa diam dan telah berhasil digunakan untuk analisis kation, anion dan ion organik.

Latihan

12.1 Distilasi fraktional
Tekanan uap dua cairan A dan B adalah 1,50 x 104 N m-2 dan 3,50 x 104 N m-2 pada 20°C. dengan menganggap campuran A dan B mengikuti hukum Raoult, hitung fraksi mol A bila tekanan uap total adalah 2,90 x 104 N m-2 pada 20°C.
12.1 Jawab
Fraksi mol A, nA, dinyatakan dengan.
(nA x 1,50 x 104) + (1 – nA) x 3,50 x 104 = 2,90 x 104 ∴ nA = 0,30

- Copyright © 2013 Namikaze's art - Namikaze-art - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan - Redesign by Namikaze-art