Popular Post

My Playlist

Lihat postingan

Total Pageviews

Monday, 23 September 2013


#Silahkan Mendownload file Word nya DISINI

         I.          Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat memahami pembuatan metil ester


      II.          Alat dan Bahan
Alat yang digunakan:
·           Gelas kimia 250ml                       2 buah
·           Magnetic stirrer                            1 buah
·           Hot plate                                      1 buah
·           Mortar                                          1 buah
·           Spatula                                         1 buah
·           Pipet ukur 25ml                            1 buah
·           Bola karet                                     1 buah
·           Stopwatch                                                1 buah
·           Neraca analitik                             1 buah
·           Corong pisah 500ml                     1 buah
·           Piknometer                                   1 buah
·           Termometer                                  1 buah
·           Erlenmeyer 250ml                        1 buah
·           Buret 50ml                                   1 buah
·           Aerometer                                    1 buah
·           Statif dan klem                            1 buah
·           Pipet tetes                                                1 buah
Bahan
·           Minyak jelantah
·           NaOH
·           Metanol
·           Aquadest
·           Indikator PP

   III.          Gambar Alat : (terlampir)

   IV.          Dasar Teori
Metil ester merupakan ester asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi dari asam lemak dengan methanol. Pembuatan metal ester ada empat macam cara, yaitu pencampuran dan penggunaan langsung, mikroemulsi, pirolisis (thermal cracking), dan transesterifikasi. Namun, yang sering digunakan untuk pembuatan metal ester adalah transesterifikasi yang merupakan reaksi antara trigliserida (lemak atau minyak) dengan methanol untuk menghasilkan metal ester dan gliserol.
Metil ester dapat diperoleh dari hasil pengolahan bermacam-macam minyak nabati, misalnya di jerman diperoleh dari minyak rapessed, di Eropa diperoleh dari minyak biji bunga mataharprni dan minyak rapessed, di prancis dari itali diperoleh dari minyak biji bunga matahari, di Amerika Serikat dan Brazil diperoleh dari minyak kedelai, di Malaysia diperoleh dari minyak kelapa sawit, dan di Indonesia diperoleh dari minyak kelapa sawit, minyak jarak pagar, minyak kelapa, dan minyak kedelai (2,3,4). Selain minyak-minyak tersebut, minyak safflower, minyak linsedd, dan minyak zaitun juga dapat digunakan dalam pembuatan senyawa metal ester (4,5). Pada pengolahan minyak nabati di atas juga di hasilkan gliserol sebagai hasil sampingnya.
Metil ester merupakan bahan baku dalam pembuatan biodiesel atau emollen dalam produk kosmetika, sedangkan gliserol dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai aplikasi industri seperti kosmetika, sabun, dan farmasi. Gliserol yang diperoleh sebagai hasil samping pengolahan minyak nabati ini bukanlah gliserol murni, melainkan gliserol mentah (crude glycerol), biasanya memiliki kemurnian kira-kira 95%.
Minyak jelantah merupakan minyak nabati yang telah mengalami degradasi kimia dan/atau mengandung akumulasi kontaminan-kontaminan di dalamnya. Minyak ini dapat didaur ulang menjadi metil ester dengan reaksi transesterifikasi, sehingga minyak jelantah yang sebelumnya merupakan limbah yang berbahaya jika langsung dibuang ke lingkungan dapat menjadi suatu produk yang mempunyai nilai ekonomis dan juga dapat mengurangi jumlah limbah minyak jelantah yang ada. Keuntungan penggunaan minyak jelantah dalam pembuatan metil ester adalah dapat direduksinya biaya operasional, karena harga minyak jelantah pasti lebih murah daripada minyak bersih atau minyak baru. Kekurangannya adalah komposisi asam lemak yang terkandung di dalam minyak dapat berubah akibat pemanasan dan terikat dengan bahan makanan yang digunakan pada proses penggorengan.
Senyawa metil ester dapat digunakan sebagai zat tambahan pada suatu formulasi kosmetika, salah satu contohnya yaitu caprylic atau caprylic triglyceride yang telah digunakan dalam formulasi kosmetika sebagai emolien. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa senyawa metil ester lainnya juga dapat digunakan sebagai zat tambahan, baik sebagai emolien maupun fungsi lainnya.
Metil ester yang diperoleh dari reaksi transesterifikasi dapat dimurnikan dan ditetapkan kadarnya. Ada tiga metode analisis untuk menetapkan kadar metil ester yaitu kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi, dan kromatografi lapis tipis.
4.1. Reaksi Transesterifikasi dengan Katalis
§  Biodiesel dibuat melalui proses kimia yang disebut transesterifikasi.
Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil esters (biodiesel)/mono-alkyl esters dan gliserin yang merupakan produk samping. Bahan baku utama untuk pembuatan biodiesel antara lain minyak nabati, lemak hewani, lemak bekas/lemak daur ulang.
Sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol. Pada pembuatan biodiesel dibutuhkan katalis untuk prosesesterifikasi. Produk biodiesel tergantung pada minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku serta pengolahan pendahuluan dari bahan baku tersebut.Alkohol yang digunakan sebagai pereaksi untuk minyak nabati adalah methanol, namun dapat pula digunakan ethanol, isopropanol atau butyl, tetapi perlu diperhatikan juga kandungan air dalam alcohol tersebut. Bila kandungan air tinggi akan mempengaruhi hasil biodiesel kualitasnya rendah, karena kandungan sabun, ALB dan trigiserida tinggi. Disamping itu hasil biodiesel juga dipengaruhi oleh tingginya suhu operasi proses produksi, lamanya waktu pencampuran atau kecepatan pencampuran alkohol. Katalisator dibutuhkan pula guna meningkatkan daya larut pada saat reaksi berlangsung, umumnya katalis yang digunakan bersifat basa kuat yaitu NaOH atau KOH atau natrium metoksida. Katalis yang akan dipilih tergantung minyak nabati yang digunakan, apabila digunakan minyak mentah dengan kandungan ALB kurang dari 2 %, disamping terbentuk sabun dan juga gliserin. Katalis tersebut pada umumnya sangat higroskopis dan bereaksi membentuk larutan kimia yang akan dihancurkan oleh reaktan alkohol. Jika banyak air yang diserap oleh katalis maka kerja katalis kurang baik sehingga produk biodiesel kurang baik. Setelah reaksi selesai, katalis harus di netralkan dengan penambahan asam mineral kuat. Setelah biodiesel dicuci proses netralisasi juga dapat dilakukan dengan penambahan air pencuci, HCl juga dapat dipakai untuk proses netralisasi katalis basa, bila digunakan asam phosphate akan menghasil pupuk phosphat (K3PO4)
4.2. Teori Transesterifikasi
 Pembutan biodesel relatif sederhana dan mudah dikuasai dengan produk berupa Fatty Acid Metyl Ester (FAME) yang melalui proses Transesterifikasi. Proses Transesterifikasi adalah proses pertukaran antara gugus alkyl dari trigliserida dengan gugus alkil dari Methanol (alcohol), sehingga terbentuk FAME dan gliserin.
CH2 – O – C – R1 CH3 – O – C – R1 CH2 – OH
KOH
CH – O – C – R2+3 CH3OH CH3 – O – C – R2 + CH – OH
Methanol
CH2 – O – C – R3 CH3 – O – C – R3 CH2 – OH
Triglyserida Fatty Acyd Metyl Gliserin
Ester (FAME)
4.3. Proses Uji Mutu
Beberapa jenis proses Analisa Uji Mutu dilakukan secara Kimia dan Fisika adalah sebagai berikut:
§  Proses Uji Mutu secara Kimia
Analisa secara Kimia adalah sebagai berikut:
a.       Kadar Air
b.      FFA (Free Faty Acid)
c.       Rancidity
d.      Kandungan Logam
§  Proses Uji Mutu secara Fisika
Analisa secara Fisika adalah sebagai berikut :
a. Analisa Density (Massa Jenis)
b. Analisa Viscosity (Kekentalan)

a.  Kadar Air
Keterangan: 
a = sebelum di ovben
b = setelah di oven

b.  FFA (Free Faty Acid)
Keterangan:
N= Konsentrasi NaOH (N)
V= volume NaOH terpakai (ml)
W= Massa sample minyak goreng bekas
200= Ms.Asam Laurat (C11 H23 COOH)









Tabel biodisel dari minyak bekas
No.
Jenis Analisa
Standar
1.
Kadar Air
0,3 %
2.
FFA
0,3 %
3.
Rancidity
10 %
4.
Kandungan logam
Negatif
5.
Viskositas
2,3 – 6,0 mm2/s
6.
Density
0,85 – 0,89 gr/cm3
















      V.          Prosedur Kerja
·      Pembuatan Metil Ester (Minggu Pertama)
1.      Menimbang 1 gr NaOH yang telah dihaluskan dan melarutkan dengan 41 ml methanol. Mengaduk dengan stirrer hingga semua NaOH larut semua. Menempatkan pada gelas kimia 250 ml.
2.      Memanaskan 200 ml sample minyak diatas hot plate dan mengaduk engan stiere kira-kira 100 rpm hingga suhu 45-55oC.
3.      Menambahkan larutan Natrium Metoksida yang telah dibuat pada langkah 1 ke dalam minyak yang telah dipanaskan dan pertahankan suhu pengaduk 55oC. lakukan penambhanan larutan ini sedikit demi sedikit. Menghitung waktu pengadukan hingga 45 menit. Setelah semua natrium metoksida bercampur.
4.      Memindahkan metal ester ke dalam corong pisah dan didiamkan hingga terbentuk dua lapisan selama 15 menit lalu mengeluarkan lapisan bawahnya,
5.      Memasukkan metal ester ke gelas dan melakukan pemurnian dengan memanaskan aquadest sebanyak 50% volume metal ester hinggu suhu 60oC. menuangkan metil ester ke dalam aquadest, mengaduk perlahan selama 10 menit.
6.      Memindahkan metil ester dan aquadest ke dalam corong pisah dan memisahkan hingga terbentuk dua lapisan, kemudian lapisan bawahnya dikeluarkan.
7.      Menghitung volume yield yang di dapat.

·      Analisa Produk (Minggu Kedua)
1.      Pengujian Densitas
-     Menimbang pikonometer kosong dan kering sebagai a gram
-     Menimbang piknometer dengan aquadest sampai penuh total dan ditimbang sebagai b gram.
-     Menghitung volume piknometer.
-     Dengan cara yang sama, piknometer dibersihkan dan diisi dengan  metil ester.
-     Menghitung dnsitas dari metil ester (gr metil ester/volume piknometer).



2.      Pengujian Viskositas
-     Membersihkan terlebih dahulu alat ostwald dengan contoh 2-3 kali.
-     Memipet 5 ml sampel dan masukkan ke dalam alat Ostwald.
-     Menetapkan berpa waktu yang diperlukan untuk megalirkan sampel dengan jalan menghisapnya sampai melebihi tanda garis atas. Bila miniskus berhimpit perhitungan dimulai lagi dengan tanda garis bawah.
-     Pengamatan dilakukan berulang minimal 3 kali.
-     Mencatat juga suhu pada saat pengamatan.
-     Mengulangi langkah diatas dengan menggunakan aquadest.

3.      Pengujian Asam Lemak Bebas
-     Menimbang 5 gr metil ester, menambahkan larutan 50 ml methanol 95% netral dan 3 tetes indicator pp.
-     Melakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna merah muda.
-     Mencatat banyaknya NaOH yang digunakan.

4.      Pembuatan Larutan
-     NaOH 0,1 N 500 ml (sebanyak 2 gr NaOH dilarutkan dalam 500 ml aquadest).
-     Methanol 95% netral (memasukkan methanol 95% sebanyak yang diperlukan ke dalam Erlenmeyer,  menambahkan 3 tetes  indicator pp  lalu titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda).
-     Indicator pp (larutkan 0,5 gr fenolftalein dalam 100 ml etanol).







   VI.          Data Pengamatan
Tabel.1 Pengamatan pada Minggu  Pertama
Perlakuan
Hasil
·       1 gr NaOH + 41 ml methanol diaduk dengan kecepatan 50 rpm
·       Larutan berwarna keruh
·       Pemansan 200 ml sample minyak + diaduk 75 – 150 rpm
·      Berwarna coklat
·       Penambahan natrium metoksida dengan minyak yang telah dipanaskan + diaduk pada suhu 50oC selama 45 menit
·      Larutan berwarna cokat kemerahan
·      Terdapat endapan berwarna hitam
·      Terdapat gelembung diatasnya
·      Terbagi 2 lapisan, diatas coklat kemerahan dibawah berwarna hitam
·       Pemisahan metil ester di dalam corong pisah
·      Berbau menyengat
·      Terbagi 2 lapisan, lapisan atas coklat kemerahan dibawah berwarna hitam
·       Pemurnian metil ester dengan penambahan 50% aquadest dari volume ester + dipisahkan ke dalam corong pisah dan didiamkan selama beberapa menit
·      Minyak menjadi lebih jernih
·      Terbentuk dua lapisan, lapisan atas berwarna coklat muda dan lapisan bawah lebih bening
·      Volume metil ester di dapat sebnayak 218 ml

Table 2. Pengamatan pada Minggu Kedua
Densitas
Asam Lemak Bebas
Kadar
ml NaOH
0,893 gr/ml
1
2
3
2,2 %
5,5
5,5
5,5






VII.          Perhitungan
v  Penentuan Density
-           Piknometer kosong             = 33,4 gr
-           Piknometer + aquadest       = 57,8 gr
-           Piknometer + metil ester     = 55,2 gr
-           Volume piknometer                        =
-                              
 

v  Kadar FFA (Free Faty Acid)
Kadar FFA =
Keterangan :
N = Normalitas NaOH
V = Volume titran
W = gr sampel

Volume rata-rata titran =
Kadar FFA =













VIII.          Analisa Percobaan
Setelah melakukan percobaan “ Pembuatan Metil Ester” dapat dianalisa bahwa bahan baku dalam praktikum ini yaitu minyak jelantah, metanol dan NaOH. NaOH disina bertindak sebagai katalis pada pembuatan metil ester. Metil  ester digunakan sebagai biodisel atau bahan bakar alternatif menggunakan proses transesterifikasi.
Pada proses pengadukan dan pemanasan minyak diatass hot plate baik menggunakan 75-150 rpm karena kecepatan putaran pengadukan berpengaruh terhadap rendeman pada proses despicing dan netralisasi minyak goreng bekas atau minyak jelantah.
Pada proses analisa produk, metil ester yang digunakan sebagai biodisel dilakukan dengan menentukan densitas dan asam lemak bebas. Densitas metil ester yang didapatkan dari praktikum yang kami lakukan adalah 0,893 gr/ml, sedangkan dari reverenasi yang kami dapatkan densitas metil ester yang digunakan sebagai biodisel adalah 0,85-0,89 gr/cm3. Dan FFA (Free Faty Acid) yang dihasilkan dari praktikum yang dilakukan 2,2%. Sedangkan viskositas dan  FFA yang digunakan untuk biodisel adalah 2,3-6 mm2/s untuk viskositas dan 0,3% untuk FFA.
 

   IX.          Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
·      Proses pembuatan metil ester adalah transesterifikasi
·      Density metil ester secara praktikum adalah 0,893 g/ml
·      Nilai FFA yang dihasilkan secara praktikum adalah 2,2 %.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Namikaze's art - Namikaze-art - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan - Redesign by Namikaze-art