Popular Post

My Playlist

Lihat postingan

Total Pageviews

Sunday 19 June 2016



          
Untuk memilih material kita patut berpegang kepada “most important characteristics” dari suatu material, dan hal ini juga bergantung dengan keadaan geografis atau lingkungan suatu tempat. Pedoman ini dapat dijadikan penentuan skala prioritas untuk memilih suatu material, dan hal itu adalah:

1. Material properties
2. Thermal properties
3. Corrosion resistance
4. Thermal conductivity and electrical resistance
5. Ease of fabrication
6. Cost
7. Availability in standard size
8. Contamination
9. Recycle

Faktor kemudahan untuk merecycle bahan yang digunakan juga merupakan faktor pertimbangan yang penting :
1. Material properties
2. Class
3. Property
4. Physical
· Dimension, shape Density or specific gravity Porosity Moisture content Macrostructure Microstructure
5. Chemical
· Oxide or compound composition Acidity or alkalinity Resistance to corrosion or  weathering
6. Physico-chemical
· Water - absorptive or water -repellant action, Shrinkage and swell due to moisture changes
7. Acoustical
8. Sound transmission & Sound reflection
9. Mechanical
· Strength, tension, compression, shear and flezure (under static, impact or fatigue condition) Stiffness, Thoughness, Elasticity, Plasticity, Ductility, Brittleness, Hardness, Wear resistance
10. Thermal
· Specific heat Expansion Conductivity, Electrical and magnetic optical, Conductivity Magnetic parmeability Galvanic action Colour Light transmission, Light reflection

            Berbagai macam sifat bahan diatas yaitu berbagai macam sifat bahan secara teknik yang nantinya dapat dipertimbangkan dalam proses pemilihan bahan. Sifat – sifat tersebut dikelompokkan berdasarkan beberapa kelas peninjauan, seperti secara fisik, mekanik, kimia dan lain sebagainya.

2.2. Sifat Mekanik Bahan
            Sifat mekanik adalah salah satu sifat yang terpenting, karena sifat mekanik menyatakan kemampuan suatu bahan (seperti komponen yang terbuat dari bahan tersebut) untuk menerima beban / gaya / energi tanpa menimbulkan kerusakan pada bahan / komponen tersebut.
            Seringkali bila suatu bahan mempunya sifat mekanik yang baik tetapi kurang baik pada sifat yang lain, maka diambil langkah untuk mengatasi kekurangan tersebut dengan berbagai cara yang diperlukan. Misalkan saja baja yang sering digunakan sebagai bahan dasar pemilihan bahan. Baja mempunyai sifat mekanik yang cukup baik, dimana baja memenuhi syarat untuk suatu pemakaian tetapi mempunyai sifat tahan terhadap korosi yang kurang baik. Untuk mengatasi hal itu seringkali dilakukan sifat yang kurang tahan terhadap korosi tersebut diperbaiki dengan cara pengecatan atau galvanising, dan cara lainnya. Jadi tidak harus mencari bahan lain seperti selain kuat juga harus tahan korosi, tetapi cukup mencari bahan yang syarat pada sifat mekaniknya sudah terpenuhi namun sifat kimianya kurang terpenuhi.
Berikut adalah beberapa sifat mekanik yang penting untuk diketahui :
·  Kekuatan (strength), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan bahan menjadi patah. Kekuatan ini ada beberapa macam, tergantung pada jenis beban yang bekerja atau mengenainya. Contoh kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan, kekuatan torsi, dan kekuatan lengkung.
·   Kekerasan (hardness), dapat didefenisikan sebagai kemampuan suatu bahan untuk tahan terhadap penggoresan, pengikisan (abrasi), identasi atau penetrasi. Sifat ini berkaitan dengan sifat tahan aus (wear resistance). Kekerasan juga mempunya korelasi dengan kekuatan.
·   Kekenyalan (elasticity), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan. Bila suatu benda mengalami tegangan maka akan terjadi perubahan bentuk. Apabila tegangan yang bekerja besarnya tidak melewati batas tertentu maka perubahan bentuk yang terjadi hanya bersifat sementara, perubahan bentuk tersebut akan hilang bersama dengan hilangnya tegangan yang diberikan. Akan tetapi apabila tegangan yang bekerja telah melewati batas kemampuannya, maka sebagian dari perubahan bentuk tersebut akan tetap ada walaupun tegangan yang diberikan telah dihilangkan. Kekenyalan juga menyatakan seberapa banyak perubahan bentuk elastis yang dapat terjadi sebelum perubahan bentuk yang permanen mulai terjadi, atau dapat dikatakan dengan kata lain adalah kekenyalan menyatakan kemampuan bahan untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah menerima bebang yang menimbulkan deformasi
·  Kekakuan (stiffness), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan/beban tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi. Dalam beberapa hal kekakuan ini lebih penting daripada kekuatan.
·  Plastisitas (plasticity) menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi plastik (permanen) tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Sifat ini sangat diperlukan bagi bahan yang akan diproses dengan berbagai macam pembentukan seperti forging, rolling, extruding dan lain sebagainya. Sifat ini juga sering disebut sebagai keuletan (ductility). Bahan yang mampu mengalami deformasi plastik cukup besar dikatakan sebagai bahan yang memiliki keuletan tinggi, bahan yang ulet (ductile). Sebaliknya bahan yang tidak menunjukkan terjadinya deformasi plastik dikatakan sebagai bahan yang mempunyai keuletan rendah atau getas (brittle).
·    Ketangguhan (toughness), menyatakan kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah energi tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Juga dapat dikatakan sebagai ukuran banyaknya energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu benda kerja, pada suatu kondisi tertentu. Sifat ini dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga sifat ini sulit diukur.
·  Kelelahan (fatigue), merupakan kecendrungan dari logam untuk patah bila menerima tegangan berulang – ulang (cyclic stress) yang besarnya masih jauh dibawah batas kekuatan elastiknya. Sebagian besar dari kerusakan yang terjadi pada komponen mesin disebabkan oleh kelelahan ini. Karenanya kelelahan merupakan sifat yang sangat penting, tetapi sifat ini juga sulit diukur karena sangat banyak faktor yang mempengaruhinya.
·   Creep, atau bahasa lainnya merambat atau merangkak, merupakan kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi plastik yang besarnya berubah sesuai dengan fungsi waktu, pada saat bahan atau komponen tersebut tadi menerima beban yang besarnya relatif tetap.

Beberapa sifat mekanik diatas juga dapat dibedakan menurut cara pembebanannya, yaitu :
1. Sifat mekanik statis yaitu sifat mekanik bahan terhadap beban statis yang besarnya tetap atau bebannya mengalami perubahan yang lambat
2. Sifat mekanik dinamis yaitu sifat mekanik bahan terhadap beban dinamis yang besar berubah – ubah, atau dapat juga dikatakan mengejut. Ini perlu dibedakan karena tingkah laku bahan mungkin berbeda terhadap cara pembebanan yang berbeda.

2.3. Sifat Thermal Bahan
Sifat termal baha adalah perubahan sifat yang berkaitan dengan suhu. Sifat termal ini dipengaruhi beberapa faktor yaitu :

1. Kandungan Uap Air
            Apabila suatu benda berpori diisi air, maka akan berpengaruh terhadap konduktifitas termal. Konduktifitas termal yang rendah pada bahan insulasi adalah selaras dengan kandungan udara dalam bahan tersebut.
2. Suhu
            Pengaruh suhu terhadap konduktifitas termal suatu bahan adalah kecil, namun secara umum dapat dikatakan bahwa konduktifitas termal akan meningkat apabila suhu meningkat.
3. Kepadatan dan Porositas
            Konduktifitas termal berbeda pengaruh terhadap kepadatan, apabila pori-pori bahan semakin banyak maka konduktifitas termal rendah. Perbedaan konduktifitas termal bahan dengan kepadatan yang sama akan tergantung pada perbedaan struktur yang meliputi ukuran, distribusi, hubungan pori dan lubang. Sifat termal bahan dikaitkan dengan perpindahan kalor. Perpindahan kalor ada 2 jenis, yaitu :
· Keadaan tetap (steady heat flow)
· Keadaan berubah (transien heat flow)
4. Sifat Elektrik Bahan
Berdasarkan sifat listriknya, material/bahan dikelompokkan menjadi 3 sebagai berikut :
·  Konduktif – jika resistansinya < 105 ohm ; disini elektron mudah bergerak atau mengalir, jadi netralisasi dapat dilakukan dengan mudah dengan cara grounding. Contoh : logam dan tubuh manusia.
·  Insulatif – jika resistansinya > 1011 ohm ; elektron bisa dikatakan tak dapat bergerak, jadi netralisasi hanya mungkin dilakukan dengan ionisasi. Contoh : plastik dan karet Dari pengukuran tribocharging, kita bisa menentukan apakah muatan listrik mudah ditimbulkan pada bahan tersebut – jika tidak mudah membangkitkan muatan (atau muatan yang dihasilkan cukup rendah), maka bahan itu dapat dikatakan sebagai anti-statik.
· Statik disipatif – resistansi di antara 105 sampai 1011 ohm ; disini, elektron dapat bergerak tetapi lambat, jadi perlu diketahui parameter decay time. Untuk mengetahui berapa cepat grounding dapat menetralisasi muatan. Pengukuran tribocharging juga perlu dilakukan untuk mengetahui apakah bahan tersebut anti-statik atau tidak. Umumnya bahan yang masuk kategori statik disipatif adalah bahan buatan, artinya memang khusus dibuat untuk mempunyai resistansi tertentu, misalnya bahan dasarnya adalah insulatif tapi diberi tambahan karbon dalam kadar tertentu untuk membuatnya bersifat statik disipatif.
            Jika kadarnya berlebih, bahan juga bisa bersifat konduktif. Untuk mengukur nilai resistansi bahan, kita gunakan Mega Ohm meter (atau Surface Resistance Meter) – ini semacam multimeter biasa tetapi dengan jangkauan pengukuran sampai 100 G Ohm atau lebih. Kita juga dapat menggunakan electrometer (misalnya Electrostatic Voltmeter/Fieldmeter) untuk mengukur muatan listrik dari proses tribocharging dan dengan bantuan stopwatch, kita pun dapat mengukur decay time secara kualitatif. Untuk hasil yang lebih akurat, kita perlu menggunakan Charged Plate Monitor. Jadi, jika adanya muatan listrik statik menimbulkan masalah, maka salah satu solusinya adalah dengan menetralkan mutan listrik bersangkutan.
            Cara efektif untuk menetralkan muatan listrik dilakukan berdasarkan sifat listrik material/bahan.Pada dasarnya netralisasi muatan dapat dilakukan dua cara, yaitu grounding dan ionisasi dengan ionizer. Grounding dilakukan jika elektron dapat bergerak atau mengalir dalam bahan bersangkutan, yaitu dengan menghubungkan bahan tersebut ke tanah/bumi atau bagian ground dari kabel listrik karena tanah/bumi adalah reservoar muatan (sumber muatan yang tak-terhingga).
            Sebaliknya, untuk bahan yang tak dapat mengalirkan muatan, maka tidak ada jalan lain untuk menetralkan muatan kecuali memberikan muatan yang berlawanan dari udara. Sebetulnya udara mengandung sejumlah molekual uap air yang dapat menetralkan permukaan suatu benda, tapi netralisasi secara alami ini akan berlangsung sangat lama.
Untuk mempercepat proses netralisasi, maka digunakan alat/peralatan yang disebut Ionizer. Ionizer dirancang untuk menghasilkan sejumlah besar ion positif maupun negatif dan ion-ion tersebut diarahkan ke permukaan benda yang akan dinetralisasi. Selain itu, netralisasi juga dapat dilakukan dengan membasahi permukaan bahan bersangkutan dengan air biasa (bukan DI water) atau larutan yang mengandung air seperti IsoPropyl Alcohol (IPA).

4. Bahan Konstruksi Metal
Secara umum bahan metal yang digunakan pada industri dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Ferrous dan nonferrous. Ferrous metal didefinisikan sebagai bahan yang mengandung sedikitnya 50 % besi ( iron). Ferrous alloy. Alasan mengapa bahan ini sering digunakan adalah karena biayanya bahan ini relatif lebih murah, dan memiliki kemampuan kerja yang baik. Ferrous alloy dapat dibagi lagi menjadi 4 bagian yaitu : Cast Iron, Carbon Steels, Low-Alloy Steels dan Stainless Steels.
·  Cast Iron. Cast iron adalah alloy yang memiliki kadar carbon lebih dari 1.5 %. Terdapat 4 jenis dari Cast iron yaitu : gray, white, ductile iron dan wrought iron.
· Gray cast iron. Gray cast iron merupakan cast iron yang umum digunakan dan paling murah diantara yang lainnnya, Mudah dibentuk, memiliki tensile streght yang rendah yaitu dari 155 – 400 N/mm2. Digunakan untuk peralatan – peralatan yang memerlukan vibration dampening dan wear resistance. Warna keabu-abuan disebabkan oleh kandungan graphite yang tersebar pada massa nya. Material ini tidak digunakan untuk proses – proses yang beroperasi pada tekanan tinggi.
·  White Cast Iron. Memiliki kandungan silikon yang lebih rendah dari gray cast iron. Tidak terdapat partikel graphite pada mikrosturkturnya, apabila carbon dalam cast iron tersebut dikombinasikan dengan iron akan membentuk iron carbide (Fe3C ). Metal ini sangat abbrasive dan brittle, karena sifat – sifat ini bahan ini tidak disarankan penggunaannya untuk aplikasi Pressure –Vessel, namun begitu dapat digunakan untuk grinding balls, casing pompa slurry dan roda mobil.
· Ductile cast iron. Memiliki unsur yang sama dengan gray cast iron, tetapi beda dalam pembuatannya. Digunakan untuk high strenght pipe, bodi valve, casing pompa, casing kompressor , crankshaft (poros mesin ).
· Wrought iron. Pada dasarnya merupakan besi murni ( pure iron ) dengan kandungan carbon yang rendah serta sedikit kandungan slag dalam bentuk iron silicate. Slag yang terkandung memberikan daya shock yang baik, vibrasi serta tahan terhadap korosi. Umumnya digunakan untuk pipa air, dan engine bolt. Silicon iron. Memilik kandungan silikon yang tinggi, kira – kira sekitar 15 % yang disebut juga dengan silicon iron. Terdapat dua jenis umum dengan nama dagang Duriron dan Durichlor. Durichlor mengandung molybdenum digunakan untuk meningkatkan ketahanan terhadap korosi. Keduanya digunakan untuk aplikasi yang tahan terhadap korosi dan oksidasi. Direkomendasikan agar bahan ini digunakan kondisi tekanan operasi dibawah 50 psig. Carbon Steel. Perbedaan antara carbon steel dengan cast iron adalah persentase kandungan carbon. Pada carbon steel kandungan carbon kurang dari 1.5 %.
            Material ini mudah difabrikasi dan memiliki streght yang lebih baik dari pada cast iron. Tergantung dari jenis treatment panas serta alloy yang digunakan, bahan ini bisa dibuat dengan berbagai derajat atau tingkatan hardness dan ductility, dan dengan beberapa tambahan membuat bahan ini lebih mudah disambung ( Weld ) dari pada cast iron. Dengan sifat – sifat seperti ini ditambah lagi dengan ketersediaannya dalam jumlah banyak , membuat carbon steel menjadi pilihan pertama untuk konstruksi peralatan. Salah satu kelemahan utamanya adalah ketahanan terhadap korosi. Low alloy steel.
            Bahan ini memiliki kandungan chromium dalam jumlah yang kecil. Bahan ini menggantikan penggunaan carbon steel pada industri perminyakan karena beberapa peralatan mengalami proses korosi ketika mengolah minyak mentah dengan kandungan sulfur yang tinggi. Diketahui bahwa dengan adanya chromium dapat menghambat pembentukan iron sulfide. Penambahan chromium juga diketahui dapat meningkatkan strenght material pada temperature tinggi. Perbedaan mendasar antara carbon steel dengan low alloy steel adalah jumlah kandungan chromium. Carbon steel memilik kandungan chromium kurang dari 4 % sedangkan Low alloy steel kandungan chromium antara 4 & ndash; 9 %. Stainless steel. Steel dengan kandungan chromium sekitar 12 % atau lebih disebut sebagai stainless steel. terdapat 3 jenis bahan ini yaitu : ferritic, austenic dan martensitic stainless steel. Ferritic stainless steel. Memiliki kadar karbon sebesar 0.2 % atau kurang dan kadar chromium antara 11 – 18 %. Material ini tahan terhadap korosi dari pada Martensistic steel serta cocok digunakan untuk fluida dengan tingkat oksidasi keasaman tinggi seperti asam nitrat. Bahan ini memiliki tensile serta impact strenght yang rendah
 Martensitic steel. Memiliki kadar chromium antara 12 – 18% dan kadar carbon hingga mencapai 1.2 %. Dari sisi strenght dan hardnability lebih baik dari pada ferriticm stainless steel. Dengan kadar chromium yang rendah bahan ini tahan terhadap air, steam dan bahan – bahan yang bersifat korosi tingkat menengah ( moderate ) lainnya.
● Austenitic Stainless steel. bahan ini lebih komplek dari yang lainnya karena terdapat tambahan nickel sebesar 3.2 hingga 22 % . Material ini memiliki tingkat tensile strenght yang tinggi, ductility dan lebih tahan terhadap korosi bila dibandingkan dengan material stainless steel lainnya pada range temperature yang sangat lebar.
            Daya tahan korosinya terhadap bahan & dash; bahan sulfur serta asam – asam organik lebih baik dari pada carbon steel, low alloy steel bahkan terhadap ferritic dan martensitic stainless steel. Walaupun tahan terhadap korosi yang sangat baik hingga pada temperature 650 F ke atas, pengalaman memperlihatkan bahwa material ini memiliki permasalahan terhadap stress corrosion cracking pada temperature yang sangat tinggi dan dengan pH yang tinggi (8 atau keatas) seperti pada proses –proses high pressure boiler feedwater system (sistem umpan boiler bertekanan tinggi) dan nuclear steam generator (pembangkit steam tenanga nuklir ).
            Non Ferrous Alloy, pemilihan bahan jenis ini dimungkinkan apabila material ferrous alloy tidak cocok dengan aplikasi yang dikehendaki. Bahan nonferrous alloy ini secara umum lebih mahal serta sulit untuk di sambung ( weld ). NonFerrous Alloy biasanya digunakan karena memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap korosi bila dibandingkan dengan ferrous alloy. Aluminium adalah bahan dengan tingkat keuletan (ductility) yang baik, bahan ini juga memiliki rasio high strenght - berat yang tinggi serta nonmagnetic, memiliki konduktivitas termal dan elektrik yang baik, beberapa alloy aluminium sulit untuk di sambung dengan cara pengelasan (weld) dan sementara yang lainnya bahkan tidak bisa disambung (weld). Beberapa komponen lain ditambahkan ke aluminium untuk memberikan sifat – sifat mekanikal yang lebih baik lagi (memperbaiki sifat bahan) , komponen tambahan tersebut dapat berupa iron, manganese, silicon, copper, magnesium, dan zinc.
            Aluminium digunakan untuk aplikasi : transportasi, penyimpanan dengan faktor tingkat kemurnian tinggi untuk berbagai jenis larutan organik, asam nitrat , dan larutan encer dengan pH antar 4.5 – 8.5. Material ini tidak digunakan untuk menangani alkohol , organic halides, anhydrous organis acid, mercury, garam – garam logam berat dan steam. Material ini juga dapat digunakan untuk kondisi cryogenic

{ 4 comments... read them below or Comment }

  1. Replies
    1. Dasar – Dasar Pemilihan Bahan Konstruksi Teknik Kimia >>>>> Download Now

      >>>>> Download Full

      Dasar – Dasar Pemilihan Bahan Konstruksi Teknik Kimia >>>>> Download LINK

      >>>>> Download Now

      Dasar – Dasar Pemilihan Bahan Konstruksi Teknik Kimia >>>>> Download Full

      >>>>> Download LINK yP

      Delete
  2. Dasar – Dasar Pemilihan Bahan Konstruksi Teknik Kimia >>>>> Download Now

    >>>>> Download Full

    Dasar – Dasar Pemilihan Bahan Konstruksi Teknik Kimia >>>>> Download LINK

    >>>>> Download Now

    Dasar – Dasar Pemilihan Bahan Konstruksi Teknik Kimia >>>>> Download Full

    >>>>> Download LINK

    ReplyDelete

- Copyright © 2013 Namikaze's art - Namikaze-art - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan - Redesign by Namikaze-art